“Live
your Long Weekend up!”
|
Day ...
08:47 a.m.
WITA. Sat, 24 Mar 2011. Bed Room.
|
Long
Weekend, wasn’t it?
Satu
kalimat yang terbersit dalam benakku kala bangun di hari Sabtu pagi. Oke, jujur
sudah sedari beberapa hari lalu kala menyadari bahwa hari Jumat libur nasional
karena Nyepi menjadikan akhir minggu ini seharusnya Long Weeked. TAPI, bagiku
bukanlah Long Weekend yang ‘spesial’, karena sama-sama saja dengan Long Weekend
sebelumnya: Boring di Tanah Perantauan ini.
Sudah
hari keberapa di tanah perantauan ini aku berada, aku sudah tak menghitungnya
lagi. Mungkin kamu mau menghitungnya? Tertanggal sejak 20 Juni 2012, FYI. Hehe..
Tapi ini merupakan Long Weekend terboring yang pernah kurasakan sejak pertama
kali berada disini. Kenapa?
Ada
beberapa alasan yang membuatku ‘galau’ (aduh hari gini masih aja galau??? C’mon
men, you have to move on. But actually, biarlah saya menceritakan keGalauan
saya dulu yah, hehe... :p).
1.
Janji
Kosong
Pernah
dijanjikan oleh seorang pria? Pasti pernah. Inilah yang terjadi pada diriku
saat ini. Long Weekend ini ada seorang pria yang menjanjikan dirinya untuk
datang menemuiku di kota perantauan ini. Ups, sebenarnya 2 orang pria –jika
yang satu masih ingat akan janjinya itu.
Herannya
apa karena aku terlalu baik –setidaknya itu yang mereka ‘cap’ pada diriku,
hehe- sehingga aku dengan polosnya mengiyakan dan berharap itu benar terjadi.
Pada awalnya aku menjadi begitu berbunga dan dilema: waduh, 2 orang pria dari
kota berbeda akan datang pada waktu yang bersamaan, which on should I have to
choos yaaaa... (aku membayangkan ini dengan pipi bersemu merah. So ridiculous,
as I am always... Rirryculous).
Yang
satu berkata ingin ke Balikpapan, dan menyuruhku membuat itinerary selama ia
berada disana. Secara tidak begitu serius sih aku memang membuatnya. Mencari
info hotel, sewa mobil atau motor, dan tempat-tempat wisata yang akan kami
datangi seandainya benar ia mau datang.
Yang
kedua –yang ini memang lebih awal mengatakan dibandingkan yang pertama- berkata
karena pas hari Nyepi bertepatan dengan ia pulang cuti Rooster dari site, dan
kebetulan transit dulu di Balikpapan. Sempat ia melemparkan wacana untuk
mengajakku liburan –ini terjadi bulan Januari kemarin, saat kami benar-benar
terasa ‘dekat’- sehingga ia merencanakan untuk pulang ke kampung halamannya
diundur. Lombok. Satu tempat itu membuat aku sampai mencari tahu di Lonely
Planet Book di suatu malam bulan Januari di Gramedia Grand Indonesia lalu. Hal
ini karena ujung dari kesepakatan kami yang hendak pergi liburan bersama kala
ia sedang mendapat jatah cuti Rooster-nya. Bila aku kembali mengingat usahaku
ini, sangat amat bodoh dan terkesan konyol: so Rirryculous...
Kamu
tahu hasil akhirnya ‘kan? Bahwa pada akhirnya kedua pria ini TIDAK jadi
bertandang mengunjungiku. Ini seperti buah durian yang jatuh, tapi aku terkena
kulitnya saja, bukan seperti istilah ‘keruntuhan buah durian’ seperti yang
terjadi di awal wacana keduanya. Sakit euy... Dijanjikan hal yang kosong, tapi
kok ternyata gak dipenuhi.
Untuk
yang pertama, aku mem-follow up janjinya. Pada H-2 sebelum Long Weekend ini
berlangsung. Aku mengharapkan ada keajaiban seperti yang terjadi di kisah Fairy
Tale. Mungkin saja tiba-tiba sang Prince Charming datang, dan wuuuushhh...
menjemputku dari tanah rantau ini. Namun, ternyata nihil. Ia tidak berniat lagi
untuk datang kesini. Alasannya? Karena ia memikirkan business-nya yang tidak
bisa jalan tanpa kehadiran ia sebagai pemiliknya. Bagaimana dengan karyawannya,
bagaimana dengan order-nya, bagaimana dengan toko-nya, sedang low season, dan
blah.. blah.. blah.. Tapi aku paham kok hal itu. Sangat sulit meninggalkan apa
yang sudah susah payah kita bangun, apalagi demi seorang gadis yang baru
dikenalnya 1,5 bulan saja.
Yang
kedua, jujur, aku tidak mem-follow up-nya. Kenapa? Karena ia bukan apa-apaku
–sama sih dengan yang pertama- tapi kalau yang kedua ini sebenarnya lebih
kepada teman dekatku saja. Mungkin aku yang ke-Pede-an dan mensalahartikan
kedekatan yang terjadi di bulan Januari itu –hingga kami sampai pada ujung
rencana liburan bersama itu-. Tapi, pada kenyataannya di bulan berikutnya kami
tidak berkomunikasi lagi. Mungkin ia terlalu sibuk di site, secara ia telah menjadi
Mining Engineer yang baru disana, pasti load kerjanya lebih banyak. Pada
akhirnya, hari Nyepi kemarin aku lalui tanpa kabar dari dia. Apakah telah
sampai di bandara Balikpapan, atau menginap barang semalam disini, sehingga
Sabtu pagi ini ia berangkat lagi, atau seperti apa aku tidak tahu.
Kesimpulannya,
kedua janji kosong yang tidak dipenuhi itu membuat agendaku berantakan: aku
jadi Tidak Pulang.
2.
Tidak
Pulang
Nah,
masih berkaitan dengan latar belakang yang sebelumnya, aku jadi Tidak Pulang.
Kenapa?
Pertama,
karena aku tidak memesan tiket pulang jauh-jauh hari. Dari bulan Februari sejak
awal aku berada kembali di Balikpapan (selama bulan Januari hingga awal
Februari, aku muter-muter kota di Indonesia, melaksanakn Undergraduate
Roadshow, wow sangat menyenangkan! :D), aku sebenarnya sudah mengecek jauh-jauh
hari: apakah pulang saat long weekend ini atau tidak. Namun, karena dijanjikan
(kosong) oleh dua orang tadi, maka kuputuskan tidak usah membeli tiket dulu.
Alhasil,
beginilah aku. Terseret-seret selama bulan Februari hingga Maret ini tanpa
kepastian dari orang pertama (yang kedua sudah tak lagi kuanggap serius. He’s
just my friend, so it should be not a big deal when he doesn’t contact me,
especially confirm this planning, because he may have something –or someone
more important to be visited in his homeland). Akhirnya, aku pun tidak membeli
tiket pesawat, hingga hari-hari menjelang Long Weekend ini datang.
3.
Berburu
Tiket Pesawat
Masih
berkaitan dengan tidak membeli tiket pesawat hingga hari-hari menjelang Long
Weekend pun semakin dekat. Sebenarnya aku terus memantau pergerakan harga tiket
pesawat. Aku bahkan dapat mengatakan dengan bangga, hasil buruanku itu ternyata
membuahkan hasil! Kenapa?
Setelah
aku tahu siasat licik si maskapai penerbangan yang hanya membuka stand untuk
tiket promonya itu, tiap malam sehabis pulang kantor aku selalu menyempatkan
diri mendatangi Mall Balikpapan Centre selama bulan Maret. Fyuh! Di usahaku
yang mesti 2xangkot pp dari kantor-Mall-kosan, akhirnya aku bisa mendapatkan
tiket pesawa Balikpapan-Jakarta pp hanya Rp 518.000,- saja! Kok bisa? Tapi
harus kuceritakan pula jerih payahku ini berbuah untuk tiket bulan April saja,
yakni berangkat tanggal 12 April malam dan pulang 15 April malam.
Aku
cukup menyesal, waktu itu di hari minggu tanggal 4 Maret sebenarnya aku bisa
saja nekat datang ke stand maskapai murah -anak maskapai terbesar di Indonesia-
di Mall Balikpapan Centre. Sehari sebelumnya itu kutahu siasat jitu mereka
menjual di stand saja. Tapi lagi-lagi ada janji kosong yang tidak dipenuhi
temanku yang orang Balikpapan asli. Kami berjanji untuk bertemu saat makan
siang, namun di H minus 1 jam dia baru memberi kabar. Pupus sudah niatku ke
Mall tersebut dan mengejar tiket pesawat yang mungkin saja bisa didapat untuk
Long Weekend 23-25 Maret 2012 ini. Judulnya antara NBTP: Niat Baik Tepati
Perjanjian v.s. Nasib Apes Tak Pulang.
Selanjutnya
apa yang terjadi? Pergerakan nilai Rupiah untuk harga tiket pesawat semakin
melesat naik (gaya bicaranya seperti orang sedang membahas kurs dollar terhadap
Rupiah yang melesat naik, hehe), sementara aku hanya termangu menatapnya. Mulai
dari 1,9 juta, hingga 2,9 juta. Wow! Bisa miskin mendadak aku! Huufft...
4.
Sensing
+ Thinking V.S. Intuitif + Feeling
So,
melihat tiket yang melesat dahsyat itu, pikiranku mulai berputar. Apakah
relakan saja aku mengeluarkan duit yang sedemikian besarnya itu demi pulang?
Tapi aku dapat apa kalau hanya dengan pulang ke Jakarta? Sama juga, hiruk pikuk
kota lagi, kota lagi. Tapi bertemu si pria yang pertama itu. Umm, kata seorang
Cici (panggilan Kakak perempuan Cina, -red.), ia menyarankan agar aku tidak
pulang karena kesannya ‘perempuan yang mendatangi laki-laki’. Hmm, benar juga
sih.. tapi dengan pulang kan aku bisa bertemu keluargaku. Hmm, tapi sama aja
bohong, gak lengkap kalau tanpa adikku juga kalau di rumah..
Oh,
tapi aku kan bisa memprospek saudaraku (baca: niat bisnis). Umm, tapi belum
tentu dia seagenda denganku. Umm, aku bisa belanja untuk dijual online shop-ku
(baca: niat bisnis lagi). Tapi, sulit sekali kendaraannya kalau di Jakarta itu.
Aaarrrggghhh, pokoknya banyak sekali pertimbangannya deh.
Kalau
aku orang yang Sensing, aku akan menangkap semua pertimbangan-pertimbangan yang
ada itu dari kelima inderaku. Aku melihat, uangku apakah affordable untuk
membeli tiket. Aku mendengar, bahwa tidak banyak kemungkinan bisa terjadi kalau
pulang mendadak seperti ini. Tapi, sayangnya aku orang yang Intuitif. Artinya,
aku senang memainkan intuisiku saja. Oke, uang bisalah diada-adain –dari
tabunganku dll- dan agenda bisalah nanti diadakan mendadak yang penting aku
sudah sampai disana. Intuisiku yang berjalan untuk mengiyakan semua stimulus
bertentangan itu.
Kalau
aku orang yang sangat Feeling, aku akan menuruti perasaanku agar segera ‘on’
dan berangkat, membeli tiket semahal apapun, dan taraaaa... terbang sepulang
kantor di hari Kamis malam lalu. Tapi untungnya –eh sebentar, aku memang
benar-benar orang yang Feeling loh sebenarnya- Thinking-ku merasionalisasi
perasaanku. Aku jadi berpikir ulang dan tidak serta merta seimpulsif itu.
Sayang sekali uangnya, bisa dibelikan BB Torch baru tuh sebenarnya. Sebaiknya
aku tetap di Balikpapan saja dan menghabiskan weekendku disini.
Untuk
pulang? Intutif & Feeling-ku tetap saja mengatakan ‘Ya’, dan mudah-mudahan
ada keajaiban untuk Long Weekend berikutnya, sehingga Sensing-ku tetap ‘On’
untuk berburu tiket murah & ‘Thinking’-ku tetap ‘On’ untuk mencari-cari
agenda menyenangkan untuk Long Weekend ini dan besok-besoknya lagi.
5.
Mendadak
Bontang
Thinking-ku
tetap ‘On’ untuk mencari agenda menyenangkan untuk Long Weekend ini tetap
berlanjut hingga H-3. Seperti sebuah keajaiban, tiba-tiba saja aku bertemu
dengan teman kantor perempuan-tapi-beda-departemen –yang notabene senasib
dengan aku: alumni UGM, sama-sama Graduate di Thiess, dan juga merantau di
tanah orang- di angkot pulang kantor hari Selasa sore.
Awalnya
aku mengajak ia Mendadak Derawan. Kenapa? Because, I am dying of Snorkeling!
Entah mengapa, Long Weekend ini aku pengen banget yang namanya SNORKELING! I am
about to die thinking of snorkeling as vaacation of mine! Aku jadi kangen saat
di Sabang, Aceh, dimana aku bisa snorkeling dengan bebas tanpa beban! Dan
Derawan adalah pilihan yang menyenangkan, lebih menyenangkan karena aku bisa
berenang bersama ubur-ubur tanpa sengat (Stingless Jellyfish, -red.) yang notabene
hanya ada di beberapa tempat di dunia, termasuk Derawan.
![]() |
Sabang, Weh Island, Aceh - Indonesia |
Tapi,
ternyata dia punya rencana untuk ke Bontang. Katanya disana juga bisa
snorkeling di Pulau Beras Basah, which is dimasuki gratis jika lewat perumahan
somekind of Big Company there and the good news is she has a ‘contact’ there.
So, she might be able to go there by boat free. Ummppph, sangat menggiurkan!
Aku
pun mengajukan diri untuk ikut. And, voila! Dia mengiyakannya. Akhirnya
sepanjang perjalanan di angkot kami bercerita tentang rencana itu: Mendadak
Bontang! Horeee, aku sangat senang hingga tidak bisa berhenti berbicara. Kami pun
memutuskan melanjutkan perjalanan untuk makan malam bersama di Mall Balikapapan
Centre. What a good night for me!
Kita
berbincang ngalor ngidul merencanakan hari itu: Kamis malam berangkat dengan
Travel ke Bontang pukul 6 sore, dan kembali Minggu pagi jam 10. Lalu makan,
shopping, sampai-sampai aku menjadi bimbang apakah perlu beli tas ransel dan
topi baru atau tidak untuk backpacking kesana. Akhirnya setelah cukup malam,
kami pulang ke kos masing-masing.
Esok
harinya aku yang sudah terpusing-pusing bahagia memikirkan snorkeling di hari
Jumat, tiba-tiba mendapat BBM dari temanku itu. Ia berkata bahwa ternyata
keluarga angkatnya di Bontang tempatnya akan dituju itu akan ada acara
keluarga, sehingga aku tidak bisa ikut untuk bermain-main disana. Wuaaaaa!
Jegeeeer!!! Dunia seakan runtuh. Yang tadinya aku dibawa terbang tinggi hingga
ke awan, tiba-tiba dijatuhkan sangat cepat ke tanah dan terpelanting jatuh
sangat menyakitkan. Bukan salah dia sih, tapi ya aku merasa sedih sih. Tadinya
sudah merasa terselamatkan, bahwa Long Weekend kali ini aku bisa
bersenang-senang snorkeling di pantai indah dan berjalan-jalan di kota baru
yang notabene aku belum pernah datangi. Mendadak Bontang judulnya, tapi
ternyata... GAGAL! Hiks, aku galau lagi deh...
*
So,
itulah sekian alasan yang membuatku galau di Long Weekend ini. Edisi
#gagalliburan kah? Ya, aku bisa dengan tegas menjawabnya –sambil mata
berkaca-kaca tentunya (pribadiku yang Feeling ini tak bisa memungkiri hal itu).
But anyway, di hari Kamis saat teman-teman kantor mengatakan bahwa hari Jumat
telah fix akan diadakan acara kumpul-kumpul di rumah salah seorang teman yang
berulang tahun, maka tiba-tiba saja pikiranku berputar. Haruskah aku galau,
sementara aku punya segudang agenda yang sesungguhnya bisa kujalani?
Alhasil,
aku mensortir pikiranku dan membuat beberapa list agenda yang dapat kukerjakan
saat Long Weekend datang kembali, dan juga berguna buat mengisi Weekend
berikut-berikutnya. Mudah-mudahan ini bisa menjadi tips buatmu agar Weekend-mu
menjadi lebih menyenangkan:
1. Bermain
bersama Teman-teman
Punya
sekumpulan teman-teman? Tanyakan agenda mereka, dan dengan Pe-De, ikut saja
dengan agenda mereka. Kebetulan teman-teman kantorku ingin mengadakan bakar dan
masak ikan di rumah salah seorang temanku yang berulang tahun. Maka, aku
putuskan ikut saja, daripada bergalau sendiri di kosan. Bermain bersama
teman-teman sungguh menyenangkan, ‘kan?
Maka,
hubungi sajalah banyak temanmu dan cari tahu mereka hendak apa dan kemana.
Bedah kontak di HP dan daftar teman di BBM Friend Listsmu. Percaya diri saja,
selama kamu tidak berniat menjadi ‘benalu’ dengannya, kenapa harus minder? Aku
juga melakukannya, menghubungi banyak kenalan yang sama-sama di tanah Borneo
ini.
Seperti
yang berhasil kudapat ke Bontang itu, namun karena belum rejeki, ya agenda itu
gagal. Tapi tak masalah, gugur satu tumbuh seribu. Ada teman lain yang ingin
pergi ke pantai, tinggal aku mengiyakannya atau tidak. Atau teman kosan yang malam
hari mungkin saja ingin berkeliling kota Balikpapan? Mungkin saja aku bisa ikut
atau tidak. Atau teman di Samarinda? Tinggal aku putuskan pergi naek bus atau
tidak. Semua itu tergantung keputusanmu: Tetap Galau atau Keep Moving On? J
2. Membaca
& Menulis
Aku
baru menyadari ada setumpuk buku yang terasa lezat jika dinikmati dalam
kesunyian kamar dan dengan camilan enak. Sluuurp! Maka aku mengagendakan untuk
menghabiskannya saja. Seperti Pride & Prejudice-nya Jane Austen, aku belum
membaca novel cetakan 1986 punya ayahku itu. Seperti akan menarik, secara Jane
menulisnya di usia yang kurang lebih sama denganku kini: 21-22 tahun!
Lalu,
aku juga ingin menulis! Ya, ini Healing Therapy yang paling manjur bagiku yang
punya segudang hal yang kupendam hingga seperti balon: bisa meledak kalau
semakin besar dan tidak diterbangkan! Dengan menulis seperti ini saja,
perasaanku –yang didominasi Galau Long Weekend- setidaknya bisa berkurang. Aku
menjadi lega. Aku merasa lega karena aku telah mencurahkan isi pikiran dan
hatiku lewat tulisan, yang notabene akan tercatat dalam buku sejarah hidupku
dan kupublish –entah suatu hari nanti atau kapan- yang pasti aku telah
mencatatkan diriku dan kisah hidupku dalam suatu tulisan yang niscaya akan bisa
dibaca orang lain dan mungkin saja menginspirasi seperti ini. Bagaimana
denganmu? Apakah sudah memutuskan cara apa yang paling membuatmu lega di kala
galau melanda? J
3. Shopping
Ok,
it sounds like the wise word: knife has two sides. Ada dua sisi mata pisau.
Yang satu berguna, yang satu dapat melukai. Aku sudah membaca artikel psikologi
mengenai kegemaran berbelanja ini. Shopping is to fulfilling your need(s).
Whatever the need(s) are, you feel so desperate for that needs because you
can’t fulfill it, so that as compensation you do shopping a lot because when do
shopping you feel much better and feel you’ve already fulfilled those need(s).
Oke,
saya setuju dengan ini. Memang shopping sebagai salah satu hobi para wanita
tidak dapat dipungkiri lagi. Tapi kalau sudah berlebihan, inilah yang
membahayakan. Saya selalu mencari cara agar shopping saya tidak terlalu
berlebihan. Saya shopping hanya di kala ‘merasa butuh’, artinya saat barang-barang
kebutuhan memang sedang habis, makanan tidak ada, atau baju sudah dirasa tidak
ada lagi yang bagus. Yah, pokoknya seperti ajaran ibu saya: penuhilah kebutuhan
primer dahulu dan jangan doyan belanja. Ajaran ayah saya: jangan bersikap
konsumtif!
Tapi
apa mau dikata, terkadang memang ada need(s) yang mendesak saya, seperti
kegalauan yang melanda, maka kompensasinya adalah dengan belanja. Dengan
belanja saya merasa bisa menenangkan kegalauan, merasa telah ‘memenuhi sesuatu’
(ini kata Psikolog di suatu acara TV kabel Amerika, berdasarkan sains). Maka,
saya membuat sisi pedang ‘shopping’ ini sebagai sisi yang berguna: dapat
memotong kegalauan saya.
Bagaimana
cara agar tidak menjadi sisi yang berbahaya? Saya menahan diri tidak belanja di
luar hal-hal yang saya butuhkan. Saya tidak mau membuat kartu kredit, sehingga
saya dapat terbebani banyak hutang. Saya tidak mau membeli barang secara kredit
pula (semua ini nasihat bijak berguna dari ayah dan ibu saya). Dan satu hal
lagi, saya belanja untuk saya jual lagi.
Btw,
mudah-mudahan Online Shop dengan Concept berbeda yang saya telurkan ini tetap
berjalan ya. Dari hasil belanja saya terhadap barang-barang yang unik dengan
konsep etnik nusantara namun tetap chic & trendy, jadilah: Rirryculous
Shop. Itu nama Online Shop saya. Brand-nya Exclusive, bernama: Rirryculous. Sebenarnya
ada makna di balik ini, senada dengan blog saya, cerita, dan sifat saya:
Ridiculous yang berarti konyol dan diplesetkan menjadi Rirryculous karena nama
saya ada Rirry-nya. So, jangan lupa untuk cekidot: Rirryculous Shop ya! Hehe :D
#promosi
4. Karaoke
It
sounds good. Benar, memang benar ini terdengar bagus, mengasyikkan, sekaligus
dapat meluapkan berbagai rasa yang sedang mendera pada diri kita. Tinggal pilih
lagu yang sesuai mood, maka voila! Let’s sing it!
Aku
benar-benar menyukai saat-saat dimana berkaraoke, apalagi bersama teman-teman
tercinta. Seperti pada Long Weekend kali ini, aku mengumpulkan para bala
tentaraku yang siap menghiburku suka dan duka (baca: teman-teman yang kukenal
di Balikpapan) hehe.. Aku berkaraoke bersama-sama. Mottoku yang selalu
teman-temanku lain ingat jika sedang berkaraoke adalah: “Quality is number two.
Number one is Knowledge!” (dengan menyeringai lebar dan menunjukkan gaya yang
‘khas Rirry’, biasanya aku beraksi ‘gila-gilaan’ saat berkaraoke).
Kenapa
mottonya seperti itu? Karena teman-teman pada terkaget-kaget saat mengetahui
aku tahu setiap lagu dan selalu bernyanyi apapun lagunya itu. Pengetahuanku
terhadap lagu cukup baik, karena aku senang mencocokkan lagu dan maknanya
dengan mood-ku. Sementara, ehm, untuk kualitas suara sih, yah pas-pasan –malah
cenderung fals, hehe :p- hingga aku memilih untuk bernyanyi di suara 2 saja.
Salah satu teman kantorku yang kocak malah mengatakan, “memang Riri cocok suara
2, karena selama-lamanya suara 2 terus..” (artinya= fals terus-terusan dan
tidak mengikuti nada). Hahaha...
Aku
tidak ambil pusing dengan itu, malah aku sangat have fun sekali saat bisa
menghibur teman-temanku. Biasanya mereka ‘mendambakan’ kehadiranku (ehm, boleh
dong sombong dikit, hehe) meski sok-sokan menolak karena suaraku yang tidak
ikut nada. Karena apa? Karena aku biasanya menunjukkan ‘gerakan-gerakan’ bin
ajaib yang bikin ngakak semua orang saat bernyanyi. Ehm, kalau saya jelaskan,
ini tulisan bisa jadi 100 lembar gak selesai-selesai deh..
So,
ada alasan di balik sikap gila –aku menyebutnya ‘Totalitas’ (biar lebih keren
gitu, hehe)- saat berkaraoke. Menurutku karaoke merupakan salah satu cara
katarsis yang baik dan positif. Sama seperti menulis juga. Dengan karaoke, aku
bisa meluapkan kegalauanku, hobiku menyanyi, dan bahkan meluruskan sedikit otot
yang tegang karena stress yang melanda. Aku bisa teriak-teriak sesukaku, atau
bernyanyi sendu di lagu sedih untuk meluapkan mood sedihku, dan semua itu
kulakukan hingga aku merasa lega.
Untung
saja aku mempunyai teman-teman yang baik yang dapat menerima aku dan suaraku
dengan legowo (baca: berbesar hati), hehe... Sehingga aku dapat dengan sering
mengajak mereka itu mengisi Weekend-ku dengan berkaraoke dan meluapkan berbagai
emosi lewat berbagai macam jenis lagu. Bagaimana denganmu, apakah sudah
‘Totalitas’ saat berkaraoke? J
5. Social
Events
Saya
paling suka ini. Acara sosial, seperti konser musik, atau pesta, atau hal-hal
lain dimana saya bisa menemukan banyak hal baru. Untuk saja Weekend saya dapat
menjadi berwarna karena saya putuskan untuk mengikuti program Community kantor
saya (Thiess Balikpapan), yakni: Teaching Voluntary.
Ini
baru saja saya lakukan tadi. Tulisan ini dibuat bersambung, awalnya pagi hari,
lalu saya pergi Teaching Voluntary, dan kembali lagi siang hari untuk
melanjutkan tulisan ini.
Saya
sangat senang diundang untuk Teaching Voluntary. Ini merupakan program rutin
(Corporate Social Responsibility) dari PT Thiess di Balikpapan kepada
Sekolah-sekolah Dasar di sekitarnya, dengan cara mengajar Bahasa Inggris kepada
murid kelas 5 sampai 6 SD. Saya baru pertama kalinya mengikuti TV ini. Berbekal
pengalaman saya di KKN (Kuliah Kerja Nyata, -red.) di Sabang lalu, saat saya
mengajar anak SD dan SMP di Desa Iboih, Sabang, Aceh, saya pun dengan luwes
mengajarkan kepada anak kelas 5 SDN 005 Balikpapan.
Awalnya
tidak di-briefing oleh PIC-nya sehingga sempat salah seorang teman kantor saya
(wanita) bertanya apakah bisa jika sendirian. Lalu Pak PIC mengatakan, bisa. Saya
yang sudah berkeringatan deras (bukan karena deg-degan, melainkan benar-benar
panas karena hawa pantai Balikpapan yang penuh siraman matahari ini) pun
menjadi percaya diri. Meski belum di-briefing dan mendadak, saya yakin saya
bisa. Pak PIC memberikan handout, kemudian beberapa buah gambar di kartu besar,
dan snack untuk reward.
Pikiran
saya berjalan cepat, secara Pak PIC juga menegaskan hanya 1 jam untuk membahas
5 bahasan (3 halaman) dan kalau mau ada game ini hadiahnya. Nah loh, game apa
pula yang aku bisa berikan dalam waktu terbatas ini. Akhirnya karena memang
sudah bertekad bulat untuk mengajar dan memang aku menyukainya, maka aku hantam
saja. Aku membuka dan memberikan pengajaran dengan metode pembelajaran yang
menyenangkan. Learning is fun when learer is run. Maksudnya adalah, belajar
akan menyenangkan jika para siswa terlibat di dalamnya.
Saya
banyak bertanya kepada siswa, menyuruh mereka maju, memperagakannya, berdialog
ke depan, atau menulis di depan dan menjelaskan kepada teman-temannya sendiri
seolah menjadi guru-murid, dll. Saya juga memberi reward sepeti cokelat dan
memberi apresiasi atas usaha mereka, menyentuh dengan sentuhan fisik seperti
bentuk rasa sayang dan perhatian, sehingga mereka pun merasa diperhatikan.
Hasilnya saya nilai baik, karena anak-anak menjadi antusias dan bahan ajaran
dimengerti. Terbukti, mereka dapat bertanya: What food do you like, Bu Riri?
Gado-gado. Dan semua tertawa. Hihihi :D
Jadi,
terlibat dalam aktivitas sosial sesungguhnya sungguh menyenangkan. Cuma aku
masih terbatas nih, harapannya sih makin banyak aktivitas dan organisasi sosial
yang aku dapat ikuti meski aku tengah bekerja seperti ini. Karena apa? Karena
manusia makhluk sosial, begitu kata Aristoteles. Bukan karena itu juga. Tapi
karena social recognition merupakan hierarki ketiga dari Needs Hierarchy by
Maslow yang harus dipenuhi dan jika terpenuhi maka kita akan merasakan
self-esteem yang naik, dan mudah-mudahan self-actualization juga terpenuhi.
Kita merasa semakin bersyukur karena kita merasakan diri begitu bermakna bagi
orang-orang. Galau pun hilang ‘kan? :D
6. Mencari
Tempat Wisata Lokal
Bertanyalah,
maka kamu tidak akan tersesat di jalan. Pepatah itu sedari SD dahulu kerap
ditanamkan kepada kita. Saatnya membuktikan sekarang. Wisata lokal di daerahmu
apa saja yang belum kamu ketahui atau bahkan kamu jamah? Saatnya membuat list
tempat wisata lokal tersebut!
Seperti
yang kulakukan dengan bertanya kepada teman kantorku yang lebih senior dan
lebih lama sudah berada di tanah perantauan ini pula. Ia banyak mencoba mencari
sendiri tempat-tempat wisata lokal di Balikpapan ini. alhasil ia pernah
mengunjungi Margomulyo, Tempat Hutan Mangrove di Kampung Baru. Juga ada Desa
Wisata Tritip, Tambak Kepiting, dan Penangkaran Buaya di Manggar. Umm, ya
benar, saya berpikir ulang lagi, bisa jadi tempat-tempat itu kukunjungi.
Seperti
yang pernah kulakukan sebelumnya, yakni ke Bukit Bangkirai. Tempat ini berada
di hampir kilo 50-an di Jl. Soekarno-Hatta yang menghubungkan Balikpapan dan
Samarinda. Tempat ini merupakan wisata alam yang sangat menarik untuk ukuran
Kota Balikpapan. Ada jembatan gantung yang dibuat oleh insinyur Belanda jaman
dahulu, yang menghubungkan pohon tinggi khas Hutan Borne dari satu pohon ke
pohon lainnya. Kala menaiki jembatan itu dan menatap ke langit-langit kanopi
pohon, kamu akan merasakan seperti masuk dan terseret dalam National Geograpic!
Kamu akan merasakan bahwa National Geograpic itu acaranya begitu dekat dan kamu
sedang berada di dalam acara tersebut! Benar-benar sensasi yang luar biasa
seru, berada di ketinggian pohon-pohon tua khas Borneo.
![]() |
Bukit Bangkirai, Balikpapan, East Borneo - Indonesia |
Dan,
oh yeah, baru saja kemarin di hari Sabtu Long Weekend ini secara tidak sengaja
saat berjalan-jalan di e-walk Balikpapan, saya menemui stand pameran Kawasan
Wisata Pendidikan Lingkungan Hidup (KWPLH) yang merupakan lembaga di bawah
Badan Pengelola Hutan Lingung sungai Wain & DAS Manggar di Kementrian
Lingkungan Hidup (KLH). KWPLH adalah unit yang juga mengelola dan merawat
Beruang Madu sebagai maskot Kota Balikpapan. KWPLH ini terletak di km 23 Jl.
Soekarno Hatta, jalan antar kota yang menghubungkan Balikpapan – Samarinda.
Sebelum ke Bukit Bangkirai, kita bisa melewati daerah ini terlebih dahulu.
Usut
punya usut setelah saya bertanya pada salah satu pegawainya, orang awam bisa
menjadi volunteer untuk kegiatan pariwisatanya ini, seperti menjadi tour guide
di KWPLH atau yang mengurusi beruang madu dan kucing disana. Volunteer ini
dapat dilaksanakan Sabtu & Minggu saja loh.. Hmm.. Membuat saya tertarik,
secara ini merupakan salah satu kegiatan sosial yang bisa dilakukan untuk
mengisi waktu senggan saya dan bermanfaat bagi banyak orang.. Mari kita lihat
kelanjutannya nanti, oh beruang madu yang lucu, oh Hutan Lindung yang asri, oh
oh oh.. J
7. Make
Plan A to Z
Ini
ternyata yang paling penting. Dari semua agenda yang bisa saya idekan buat
kamu, ternyata ini adalah pangkal atau akar dari segalanya. Dan ini kembali
lagi, hanya bisa dilakukan oleh: kamu sendiri! J
Kamu
sudah lihat di kalender ada Long Weekend ‘kan? Hal yang pertama harus kamu
lakukan adalah membuat rencananya! Make Plan A, B, C, and up to Z. If A failed,
alphabets have more 25 letters to go through. Kalau aku gagal ke Derawan
weekend ini, maka weekend berikutnya aku merencankan Derawan sebagai plan A-ku.
Plan B Karimun Jawa. Plan C Bali. Plan D Lombok. Plan E pulang ke rumah. And so
on..
Maka
dari Plan itu, kamu bisa menentukan 5W + 1 H. Where is the place you will visit? Why should you visit there? With Who will you go? What
will you do there? When will it
take? How will you go there?
Kamu
jadi bisa membuat list, seperti daftar budgeting kamu: untuk tiket pesawat pp,
akomodasi, transportasi, makan, bea masuk, travel, paket wisata, dll. Judulnya
bisa tetap backpacker, tapi backpacking yang terencana. Sounds fun, doesn’t it?
J
![]() |
Pulau Kemaro, Palembang - Indonesia |
So,
masihkah galau dengan Weekend-mu yang terasa ‘do nothing’? Mulailah move on and
‘do something’ to your weekend! Cobalah untuk
mencari banyak agenda yang dapat mencerahkan hari-harimu. Kamu gak akan mati karena Long
Weekend ini terlewat tanpa agenda (psst, saya sedang mensugesti diri sendiri
saya juga loh dengan menuliskan ini :D). Sebaliknya, kamu dapat melalui Long
Weekend ini dan Weekend berikut-berikutnya dengan penuh makna jika kamu
benar-benar melihat, mencari celah dan semua kesempatan yang ada di depan mata.
Tinggal kamu mau atau tidak menjalaninya. Weekend biasa pun akan terasa seperti
Long Weekend yang puanjaaaang sekali. So, LIVE YOUR LONG WEEKEND UP! Hope this motivation writing
will be your Weekend-friend from RirryTM :)
Post a Comment