1000 Nights in Panama | The Panama Papers : Nasib Tinggal di Negara Tempat Money Laundry

Posted by The Pink Traveler Stories



The Panama Papers
Nasib Tinggal di Negara Tempat Money Laundry


Pemandangan Panama City, Panama, dan Gedung-gedung Pencakar Langitnya.

Hi semua... Gimana kabar Rabu Pagi di Indonesia? 

Kabar di Panama hari Senin kemarin agak sedikit mendung, semendung kabar pagi hari yang cukup mengejutkan tentang Panama. Ya, The Panama Papers. Mungkin sebagian besar sudah pada tahu ya tentang Skandal Panama Papers yang terungkap hari Senin 4 April 2016 lalu di seluruh dunia. Dari hari Senin sampai Selasa ini, jujur aku sendiri banyak ditanyai kerabat dan kawanku di Indonesia, “Ri, Panama Papers itu gimana sih?”

So... here it is a glimpe of Panama Papers. Kayaknya sudah saatnya aku berbagi cerita sedikit tentang beberapa fakta dan pengalamanku hidup di Panama, terutama yang terkait Panama Papers ini.

Pemandangan Skyscrappers di Panama City, sebagian kosong atau baru dibangun.
The Panama Papers adalah kebocoran dokumen klien firma hukum kecil dari Panama, Mossack Fonseca, Co. Firma hukum kecil yang memiliki kantor cabang di Miami, Zurich, Hongkong, dan beberapa kota lain di dunia ini diduga memfasilitasi para kliennya yang umumnya pengusaha, politisi, dan orang-orang terkaya dunia, agar bebas pajak dan menyalurkan uangnya dengan cara membeli saham atau mendirikan perusahaan di yuridikasi bebas pajak (offshore). Negara surga dunia bebas pajak ini antara lain Panama dan British Virgin Islands.

Sejak setahun belakangan, ICIJ (International Consortium of Investigative Journalists) yang tergabung dari 370 jurnalis dari 76 negara menelisik dokumen yang berisi catatan para klien yang terdiri dari kepala pemerintah (yang sedang menjabat atau mantan), tokoh dunia, pebisnis internasional, sampai pemain sepak bola. Puncaknya, pada akhir minggu lalu, dokumen berjumlah 11,5 juta data dan berkapasitas 2,7 terabites yang terkumpul sejak tahun 1977 sampai Desember 2015 tersebut dilaporakan pertama kali ke surat kabar di Jerman, SüddeutscheZeitung, lalu menyebar secara massive ke seluruh dunia.

Memang tidak seluruh pendirian perusahaan di offshore tersebut ilegal, hanya saja banyak yang menggunakan pendirian atau penanaman saham ini untuk transaksi yang ilegal. Hal ini karena Mossack Fonseca, Co. disinyalir dapat memfasilitasi para kliennya untuk membuat perusahaan di yuridikasi bebas pajak (offshore) dan menyamarkan kepemilikan perusahaan offshore agar tidak mudah dilacak. Pejabat dan pengusaha Indonesia tidak tanggung-tanggung juga disinyalir tersangkut skandal Panama Papers ini, sebut saja Soeharto dan keluarga, Lippo Group dan keluarga, pengusaha kelapa sawit dan kertas itu (you know who), dan lainnya. Mossack Fonseca, Co. sendiri letaknya tidak jauh dari tempat aku tinggal, dengan gedung tidak terlalu besar dan tinggi dan beralamat di Edificio Arango Orillac Piso 1, Panama, Panamá, Calle 54 Este, Panama City, Panama.

Then believe it or not... Berkorelasi positif atau tidak (ini efek dari Kelas Statistik Multivariat, oh Noooo!!!)... Secara kebetulan atau tidak... ada beberapa fakta yang aku temukan selama aku tinggal di Panama ini. Mungkin saja ini dapat membuat teman-teman lebih ‘melek’, “Seperti apa sih Panama Papers di Panama itu sendiri?” Let’s, check this out:

1.       Buka Bank Account Pribadi di Panama itu sulit
Saat pertama kali aku datang kesini, aku diberi tahu oleh BPKRT (Bendahara Pengurus Kerumah Tanggaan) dan Staf Lokal Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Panama City kalau untuk membuka akun bank disini membutuhkan Surat Referensi Berbahasa Inggris dari Indonesia. What the?! Kenapa gak bilang dari awal sih, aku kan belum sempat bawa. Alhasil, aku disarankan untuk menunggu sampai jangka waktu 6 bulan setelah menetap disini untuk dapat membukan akun bank pribadi disini.

Ketika aku tanya, kenapa begitu? Karena memang seperti itu prosedurnya. Ok, jawaban klise dan tidak cukup memuaskan. Tapi katanya, prosedur tersebut diberlakukan pemerintah Panama untuk mencegah klien tersebut melakukan money laundry lewat rekening yang dibukanya. Dengan sudah menetap selama 6 bulan, dianggap orang tersebut tidak akan melakukan money laundry.

Sementara itu bila mengikuti skenario awal, Surat Referensi yang diminta dari Bank di Indonesia harus menyatakan bahwa kita tidak terlibat perbuatan perdata atau pidana terkait uang, seperti money laundry, penggelapan uang, korupsi, dsb selama di Indonesia.
Staf Lokal Kedutaan Besar di Indonesia yang telah tinggal lama di Panama selama 14 tahun karena menikah dengan orang sini (eaaa, yang ini bikin mupeng Riri.. ok, gagal fokus :’D ) juga menuturkan bahwa membuka akun pribadi bank disini juga melewati proses yang lama dan panjang. Seperti Banco Generale, bank negara di Panama, prosesnya paling sulit dan panjang, karena mereka tidak mau sembarangan terima klien. Takut-takut rekeningnya akan dipakai untuk money laundry saja. Beda dengan Indonesia ya, yang berebut-rebut cari klien sebanyak-banyaknya.

2.       Buka Bank Account atas nama institusi juga sulit
Masih menurut informasi dari BPKRT, ternyata buka akun bank atas nama institusi juga sulit disini. Seperti kesulitan yang dialami KBRI Panama City yang masih belum memiliki akun insitusi karena belum ada bank di Panama yang mau bekerja sama. Ia telah mendatangi 5 – 6 bank di Panama City ini namun hasilnya masih nihil. Alasan dia karena bank-bank tersebut tidak mau mengambil resiko bahwa institusi tersebut akan ‘kabur’, atau ‘bodong’, atau melakukan money laundry lewat rekeningnya. 

What the??? Nyatanya KBRI adalah insitusi negara yang gak akan melakukan money laundry? Kalau pun terjadi masalah, gak akan bisa kabur begitu saja dengan mudahnya kan... Nah tapi ternyata kenyataannya seperti itu pemirsah... *sigh*

3.       Banyak Gedung-gedung Pencakar Langit dan Apartemen yang kosong
Kalau melihat Panama City sekarang ini, antara takjub dan terheran-heran. Takjubnya adalah kotanya banyak berdiri skyscrappers yang menjulang, terdiri dari gedung perkantoran, apartemen, atau pusat perbelanjaan. Pembangunan di Panama City mulai berkembang pesat setelah tahun 2000-an, tepatnya setelah pengalihan pengelolaan Panama Canal atau Terusan Panama dari Amerika Serikat ke Panama. 

Panama Canal atau Terusan Panama di Miraflores, 15 menit dari pusat kota.
Amerika Serikat yang memperoleh sumber pendapat besar dari Panama Canal selama 100 tahun lantas tak mau kehilangan sumber pendapatan meski tak lagi mengelola Panama Canal. Oleh karena itu, Amerika Serikat pun melakukan investasi dengan cara melakukan pembangunan besar-besaran di Panama City. Oleh karena itu, banyak gedung bertingkat yang dibangun untuk pusat perkantoran atau apartemen guna menjaring lebih banyak investor dan perusahaan asing datang, membuka bisnis, dan melakukan investasi di Panama City. Sejak itulah, gedung-gedung skyscappers menjamur di Panama City.

Panama Canal atau Terusan Panama di Miraflores, sedang dilewati kapal.

Panama Canal di Colon, kiri Samudera Atlantik, kanan Samudera Pasifik (kalau gak salah hehe).

Panama Canal saat dibuka, kapal akan melewati ketinggian yang berbeda (lock).

Namun demikian, ternyata skyscrappers seperti kantor dan apartemen disini tidak semuanya digunakan atau ditempati. Beberapa sumber disini mengatakan bahwa gedung-gedung tersebut sebenarnya dibangun dari uang hasil money laundry atau sekedar membangun saja untuk mengalirkan dana yang tidak tahu juntrungannya dari mana. 


Apartemen Banyak yang Kosong, berminat? Pemandangan dari Penthouse Hotel Waldorf Astoria Panama.

Atau baru dibangun, berminat?

Apartemen menghadap laut loh, 1 bulan USD $ 1.100 - 2.000, masih berminat?
Pantas saja, kalau malam hari aku perhatikan disini, terlihat banyak jendela-jendela apartemen yang gelap gulita. Pulang malam karena sibuk ngantor? Atau karena jumlah penduduk Panama City tidak sepadat Jakarta? Mungkin saja semua itu bisa terjadi, tapi yang pasti terlalu banyak jumlah yang kosong membuat tanda tanya besar di benak saya, “Apa betul negara Panama ini adalah negara tempat money laundry?”

4.       Pajak Belanja di Panama sebesar 7%
Panama adalah negara impor. Hampir seluruh barang-barang dagangannya adalah hasil impor, kecuali sayur, buah, dan susu, atau topi dan baju kerajinan tangan khas Panama City yang diproduksi di kota-kota luar Panama City. Pengalamanku setiap membalikkan price tag barang, seperti Zara, H&M, atau bahkan merk tak dikenal, selalu saja “Hecho en China” atau “Made in China.” Tak anyal pajak yang dikenakan sebesar 7% untuk setiap barang kecuali sayur dan buah. 

Warga asing yang telah menjadi Permanent Resident sepertiku atau yang telah mendapat ID Panama akan mendapat Kartu Bebas Pajak yang ditunjukkan di kasir sebelum pembayaran untuk mendapat potongan bebas pajak 7% tersebut. Atau kita bisa juga berbelanja di tax free zone seperti di Colon, 1 jam dari Panama City, dimana tempat tersebut berisi pertokoan yang memberlakukan bebas pajak. Daerah ini dikurung tembok tinggi dan kerangkeng besar dan tidak sembarang orang boleh masuk. Kalau dilihat, seperti daerah isolasi khusus dari zombi di film Resident Evil,:-D hahaha imajinasimu, Ri...

Kalau belum punya kartu tersebut atau lupa membawa, ya wassalam. Siap-siap mengumpat karena 7% itu gede loh booo, apalagi dalam bentuk dolar Amerika Serikat (USD$). Pernah aku membeli sepasang baju senam dan blazer, sudah senang-senang hargnya juga USD$ 14,98, eh karena pajak 7% jadinya USD $ 16,03. Kan lumayan pajaknya sebesar USD $ 1,05 bisa buat beli es krim cone McD disini :-(

Nah, kalau warga negara asing saja dikenakan pajak, hal ini membuat tanda tanya besar lagi di benak saya seperti yang diungkapkan dalam hasil analisis Tempo, “Apa betul negara Panama ini adalah negara tempat bebas pajak?” Mungkin saja benar skandal Panama Papers yang dilakukan Mossack Fonseca, Co. untuk membantu kliennya, para orang-orang kaya dunia, untuk menyembunyikan uangnya di Panama City dan demi terhindar dari pajak. Yang pasti, bukan buat remah-remah makaroni pedas kayak aku gini -_-“


Pemandangan Cinta Costera di Avenida Balboa, jogging track di bibir pantai Panama City, Panama.

Oke, sudah dulu ya ceritanya. Disini sudah pukul 21.34 waktu Panama City. Riri pamit dulu ya, mau nge-gym after work nih (setelah sebelumnya ‘bolos’ dari jogging malam rutin bersama Pak Dubes dan staf lain karena mau nge-blog dulu, hihi). Oya, aku masih belum cerita ya kenapa sih aku sampai di Panama City ini? Dan apa yang aku kerjakan di Panama City ini? Nanti ya, aku update lagi blog-nya, sementara waktu stay tune dulu aja di Instagram-ku @rirryhapsari for more traveling and living stories about #ThePinkTraveler living in #1000NightsInPanama. Chao! :-*

XOXO,
Hapsari Sulistyaningrum
Follow me on Instagram @rirryhapsari

Sumber Bacaan:
The Miami Herald Newspaper
Google

Related Post



harisfadillah said...

mbak minta no wa, hp, atau emailnya mbak. tq

susuultra023 said...

Pantas saja, kalau malam hari aku perhatikan disini, terlihat banyak jendela-jendela apartemen yang gelap gulita.
judi sabung ayam

Post a Comment