Pop-Psychology | Belajar Empati Tanpa Antipati sebagai Masyarakat Global

"Ada ledakan bom di Paris"

Ketika mendengar kabar ini dari seorang Ibu hebat yang saya temui saat mengikuti acara Jogja International Heritage Walk tadi pagi, saya langsung shock. Langsung kepikiran, lebih tepatnya.

Mungkin karena ada hubungan emosional dengan yang namanya #Paris, Prancis, sehingga berita ini langsung membuat pikiran saya ke memori saat disana, dan orang2 yang saya kenal disana. Beruntung ada notifikasi dari Facebook beberapa orang di kontak saya menyatakan aman.

Saya meletakkan kaki di sepatu Anda, orang2 di Paris. Saya jadi membayangkan, kalau saya sedang berada disana seperti tahun lalu, jangan2 saya ikut jadi korban. Dan drama yang diceritakan dalam 10 menit teror oleh salah satu wartawan Prancis, Pearce, membuat saya merinding. Bagaimana jika saya ada disana? Saya bakal lari di tengah saat para Teroris mengganti peluru, atau saya bakal pura2 mati?

Tapi, kenapa mesti ada teror dari teroris 1 tahun 2 kali di kota tersebut? Apa yang salah dengan Paris, Prancis?

Disinyalir yang melakukan penembakan adalah ISIS dan para Imigran dari Syria, sehingga Pemerintah mengetatkan perbatasan border dan memberlakukan Keadaan Darurat di Prancis. Mereka melakukan penyerangan di 6 tempat dengan cara menembak dan bom bunuh diti, diduga 150 orang tewas dan pelaku penyerangan juga ikut tewas. Salah satu pemboman dilakukan di Stadion tempat pertandingan angara Timnas Perancis dan Jerman. Presiden Prancis Francais Hollande yang sempat menonton pertandingan sempat dievakuasi dan dinyatakan selamat. Presien USA Barrack Obama menyatakan serangan ini sebagai serangan yang memalukan untuk melukai warga sipil.

Kalau para pelaku memiliki dendam tertentu pada negara barat katakanlah Prancis, apakah bijak dengan cara ini?

Pasti orang berpendidikan atau bahkan orang awam saja menyadari bahwa tindakan membunuh dan meneror orang lain itu sangat tidak manusiawi dan dilarang. Semua AGAMA mengajarkan itu ke semua orang, sehingga semua orang tahu kalau membunuh atau meneror itu tidak manusiawi. Sekali lagi saya tegaskan, semua AGAMA mengajarkan itu ke semua orang, sehingga semua orang tahu. Bahkan orang Atheis saja sadar diri, meski dia memutuskan Atheis karena sebelumnya pernah punya Agama.

Berarti logikanya: orang yang tidak diajarkan oleh Agama adalah orang yang tidak sadar bahwa membunuh atau meneror itu tidak manusiawi. Dan ambillah contoh di agama saya karena saya tidak fasih kitab agama lain, di Agama Islam tidak mengajarkan membunuh atau meneror orang. Jadi, orang tersebut tidak diajarkan oleh Agama yang bernama Islam. Dengan kata lain, orang yang membunuh atau meneror itu bukanlah orang Islam sesungguhnya, meski mereka menggunakan atribut Islam.

Berarti, sepakat ya, tidak bisa dikatakan orang tersebut yang meneror alias teroris = orang Islam, dan tidak bisa dikatakan semua orang Islam = orang teroris. Betul? Koreksi saya bila salah.

Lalu bagaimana tindakan bijak kita selaku bangsa lain selain memberi ucapan belasungkawa?

Saya adalah masyarakat global. Generasi saya tumbuh saat ini terutama di Indonesia juga sudah tumbuh di era global. Seharusnya generasi kita pemikirannya sudah makin terbuka. Kalau kita sudah bisa mengatakan dan membela diri mati2an "Tidak semua orang Islam adalah Teroris", maka majulah satu langkah lagi:

Janganlah juga ber-prejudice atau men-generalisir, mentang2 orang barat yang bukan Muslim lantas akan mencap Teroris = Muslim, sehingga kita jadi antipati untuk empati terhadap mereka.

Empati itu sendiri dalam pengertian paling sederhana dari bahasa Psikologinya adalah merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, seolah-olah kita menjadi diri mereka, atau berdiri di atas sepatu mereka. Susahnya berempati kadang karena adanya prejudice (prasangka) atau stereotype (stereotip).

Stereotip ini sendiri sesungguhnya bisa bermanfaat positif bagi otak manusia yang terbatas, yakni memberi 'label' untuk sesuatu agar mudah diingat. Namun kadang kala lebih banyak digunakan sebagai hal yang negatif, karena men-generalisasi sesuatu yang minor 'pasti' terjadi di seluruh mayor. Padahal, tidak semuanya demikian. Seperti, tidak semua orang Islam itu adalah teroris atau ekstrimis. Atau, tidak semua orang barat mencap Islam adalah teroris atau ekstrimis. Got it?

Nah, sesungguhnya dari pengalaman saya berinteraksi dengan teman-teman manca negara, banyak juga orang barat yang sudah berpikiran terbuka bahwa 'Tidak Semua Islam itu adalah Teroris'. Meski, ya beberapa orang Prancis menjadi memiliki kesan buruk terhadap orang Islam akibat  kejadian ini dan penembakan Charlie Hebdo Januari 2015 silam, tapi bukan berarti semua orang Perancis jadi takut dan benci Islam. Kalaupun ada yang masih belum terbuka pikirannya, itu urusan mereka, bukan urusan kita kalau mereka mencap semua Muslim = Teroris.

Urusan saya cuma merasakan apa yang mereka rasakan, memberi support jarak jauh, serta ikut meningkatkan kesadaran saya beserta teman-teman masyarakat global lainnya untuk lebih cerdas berempati bahwa mereka yang jadi korban juga saudara kita, terlepas apapun agama dan ras mereka. Belajarlah empati tanpa antipati sebagai masyarakat global.

So, all my pray is for you, for those who are save or already gone to heaven. May Paris and France will be in peaceful like befoe, and there will be no more bombs nor terrors there. Aamiin. #PrayForParis

*NB:
Sorry ya tiba2 curhat di statu panjang gini, dan mungkin ada yang gak setuju dengan curhatan saya. Urusan Anda kalau gak setuju ya, toh saya gak langgar UU IT atau norma2 yg berlalu. Setelah jalan kaki 10k mengelilingi komplek Candi Prambanan dan sekitarnya membuat kaki saya jadi cenat cenut hari ini, masih aja saya bersemangat menulis status ini sebagai bentuk kepedulian dan kekhawatiran saya disana.

Mungkin ini yang namanya "Emotional Attachment" yaa... tapi bukan antara Ibu dan Anak. But... ya you name it lah! Oke saya cus mandi dulu dan siap bobo ciang cantik, capek je jalan 10k sampe siang dan jadi tanned skin gini :-D bhaayyy...!!

Love,
@rirryhapsari The Pink Traveler ♡
JOG, 141115

Sumber:
http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2015/11/151113_dunia_penembakan
http://jogja.tribunnews.com/2015/11/14/aksi-serangan-di-perancis-terjadi-serentak-di-6-lokasi-ini
http://jogja.tribunnews.com/2015/11/14/saksi-mata-10-menit-yang-mengerikan-di-bataclan-paris
http://jogja.tribunnews.com/2015/11/14/hampir-empat-juta-tweet-prayforparis-mengalir-deras-di-twitter