Pop-Psychology | Sejenak Berbagi Kebahagiaan Lewat #ProjectSukaCita 2015



Sejenak Berbagai Kebahagiaan Lewat #ProjectSukaCita 2015




Project SukaCita 2015 dari Tanoto Foundation


Apa arti kebahagiaan bagimu? Mungkin makan enak di restoran yang fancy atau nonton di bioskop membuat kamu bahagia. Tapi berbeda dengan anak-anak di pelosok Kabupaten Pelalawan, Riau.

Bagi mereka, bisa makan dengan nasi dan lauk, serta masuk sekolah setiap hari saja sudah membuat mereka bahagia. Itulah yang kami rasakan saat kami berkunjung untuk sejenak berbagi kebahagiaan lewat #ProjectSukaCita 2015. Lalu, apa saja yang kami lakukan selama Project Sukacita 2015 ini?

Project Sukacita ini merupakan inisiasi dari para Tanoto Scholars Singapura. Program ini dibantu oleh Tanoto Scholars Indonesia untuk memberikan kontribusi nyata melalui pendidikan dan kesehatan bagi anak-anak di pelosok. Sebanyak 15 mahasiswa dari SMU, NUS, dan NTU Singapura bersama dengan 5 mahasiswa dari UGM, UI, ITB, dan IPB Indonesia turut aktif.

Program ini berlangsung selama 4 hari. Program dimulai dari tanggal 7 dan berakhir 12 Desember 2015. Lokasi program berada di Taman Kanak-kanak Afdeling IV dan Tempat Penitipan Anak (TPA) Afdeling II, Kebun milik PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), Pangkalan Kerinci, Pelalawan, Provinsi Riau.

Program yang telah berjalan dari tahun 2013 ini merupakan bagian dari Corporate Social Responsibility (CSR) Tanoto Foundation. Program ini juga untuk mewujudkan visi Sukanto Tanoto, Pemimpin Royal Golden Eagle (RGE) Group, dalam mendukung terpenuhinya hak pendidikan dan kesehatan bagi anak-anak Indonesia. Program ini bertujuan untuk berbagi kebahagiaan kepada anak-anak dengan memenuhi kebutuhan dasarnya.

Berbagi Suka Cita dengan Anak-anak


Dengan kesehatan dan pendidikan yang memadai, anak-anak akan merasa bahagia dan kelak tumbuh dan berkembang menjadi anak-anak yang berkualitas. Oleh karena itu, Tanoto Scholars Singapura bekerja sama dengan Tanoto Scholars Indonesia. Kami mempersiapkan serangkaian program yang meliputi kegiatan bernyanyi, menggambar, dan mewarnai untuk anak TK; pemeriksaan untuk balita dan penyuluhan kesehatan untuk orang tua; pengecatan Tempat Penitipan Anak (TPA); pemberian susu dan perlengkapan sekolah serta pengajaran moral melalui drama untuk anak TK.

Di hari pertama, para Tanoto Scholars mengajak anak-anak bernyanyi untuk menciptakan kehangatan dan kedekatan. Anak-anak TK diminta mengenalkan diri dan menyuarakan cita-citanya. Kata orang bijak, mimpi itu perlu disuarakan agar didengar oleh orang lain, bila tidak itu tidak akan terwujud.

Acara hari pertama selesai. Secara tidak sengaja beberapa Tanoto Scholars bertemu dengan salah satu orang tua. Dia menceritakan betapa bahagia anaknya hari ini bertemu dengan banyak Ibu dan Bapak Guru.

“Hari ini TK-ku kedatangan banyak ibu dan bapak guru. Aku senang sekali, aku diajak bernyanyi dan menceritakan cita-cita! Aku ingin jadi Polisi!” cerita ibu tersebut sambil menirukan gaya anaknya bercerita.

Tak lupa, kami juga mengunjungi RGE Technology Center. Di dalamnya, terdapat perjalanan perusahaan raksasa Royal Golden Eagle (RGE) yang dipimpin oleh Sukanto Tanoto. Selain itu juga terdapat laboratorium untuk penelitian dan inovasi paling modern bagi pengembangan bibit akasia.

Di hari kedua, melalui kegiatan mewarnai anak-anak diajarkan untuk mewarnai berbagai jenis makanan sehat dan mengelompokkannya ke dalam piramida makanan. Tak lupa, kami mengajak mereka untuk mencuci tangan dan menyikat gigi yang benar melalui nyanyian dan peragaan.

Para ibu pun turut datang membawa anak-anak dari desa-desa sekitar untuk mengikuti pemeriksaan kesehatan oleh mahasiswa kedokteran Singapura. Sayangnya, 3 dari 28 anak yang diperiksa masih di bawah gizi standar WHO. Oleh karena itu, para ibu diberi penyuluhan tentang kesehatan anak-anak, terutama tentang cara menghadapi anak yang susah makan, diare, terluka, hingga terpapar asap kebakaran hutan sawit.

Di hari ketiga, para Tanoto Scholars mengecat Tempat Penitipan Anak (TPA) dan menghiasnya agar mereka dapat bermain sambil belajar dengan bahagia.

Di hari terakhir, anak-anak diajak menggambar dan membuat bentuk dari plastisin. Kami juga mengajak mereka untuk menonton drama yang ditampilkan oleh para Tanoto Scholars. Drama tersebut menceritakan tentang kisah kura-kura dan kelinci. Tujuannya untuk mengajarkan pesan moral kepada mereka agar saling tolong menolong sesama teman dan menjadi anak yang baik.

Kebahagiaan pun tidak hanya dirasakan oleh anak-anak, tetapi juga oleh para Tanoto Scholars. Kami merasa senang mendapat kesempatan untuk bertemu dan menjalin relasi dengan teman-teman dari negara yang berbeda-beda. Indonesia, Singapura, dan Filipina, semuanya menjadi satu. Unity in Diversity. Tidak peduli dari mana kita berasal, selama memiliki hati yang baik dan tujuan yang mulia, kita bisa bergabung untuk membuat dunia yang lebih baik.

Sebagai puncak acara sekaligus penutup, anak Pangkalan Kerinci mendapat goodie bag berisi susu dan gunting kuku. Mereka juga mendapat seperangkat alat tulis dan tas sekolah untuk mendukung kegiatan belajar mereka. Senyum sumringah menghiasi pipi mereka. “Jangan pulang Pak Guru, Bu Guru! Besok kesini lagi ya!” teriak mereka sambil bergelayutan pada kami.

Puncak Acara dengan Foto Bersama dan Pembagian Goodie Bag


Betapa membahagiakannya melihat anak-anak pelosok bersuka-cita lewat Project Sukacita 2015 ini. Sebabnya sederhana, "The best way to make children good is to make them happy” (Oscar Wilde, Pengarang dan Penulis Puisi). Cara terbaik untuk menciptakan anak-anak yang baik adalah untuk membuat mereka bahagia. Semoga apa yang kami berikan lewat Project Sukacita 2015 ini dapat membuat mereka menjadi generasi Indonesia yang baik, cerdas, dan sehat; karena mereka tumbuh sebagai anak yang berbahagia.

Penulis: Hapsari Sulistyaningrum 

Instagram: @rirryhapsari
Link Kompasiana:
http://www.kompasiana.com/rirryhapsari/sejenak-berbagai-kebahagiaan-lewat-projectsukacita-2015_5684ecd2ee9273e007e17fc6

Pop-Psychology | Belajar Empati Tanpa Antipati sebagai Masyarakat Global

"Ada ledakan bom di Paris"

Ketika mendengar kabar ini dari seorang Ibu hebat yang saya temui saat mengikuti acara Jogja International Heritage Walk tadi pagi, saya langsung shock. Langsung kepikiran, lebih tepatnya.

Mungkin karena ada hubungan emosional dengan yang namanya #Paris, Prancis, sehingga berita ini langsung membuat pikiran saya ke memori saat disana, dan orang2 yang saya kenal disana. Beruntung ada notifikasi dari Facebook beberapa orang di kontak saya menyatakan aman.

Saya meletakkan kaki di sepatu Anda, orang2 di Paris. Saya jadi membayangkan, kalau saya sedang berada disana seperti tahun lalu, jangan2 saya ikut jadi korban. Dan drama yang diceritakan dalam 10 menit teror oleh salah satu wartawan Prancis, Pearce, membuat saya merinding. Bagaimana jika saya ada disana? Saya bakal lari di tengah saat para Teroris mengganti peluru, atau saya bakal pura2 mati?

Tapi, kenapa mesti ada teror dari teroris 1 tahun 2 kali di kota tersebut? Apa yang salah dengan Paris, Prancis?

Disinyalir yang melakukan penembakan adalah ISIS dan para Imigran dari Syria, sehingga Pemerintah mengetatkan perbatasan border dan memberlakukan Keadaan Darurat di Prancis. Mereka melakukan penyerangan di 6 tempat dengan cara menembak dan bom bunuh diti, diduga 150 orang tewas dan pelaku penyerangan juga ikut tewas. Salah satu pemboman dilakukan di Stadion tempat pertandingan angara Timnas Perancis dan Jerman. Presiden Prancis Francais Hollande yang sempat menonton pertandingan sempat dievakuasi dan dinyatakan selamat. Presien USA Barrack Obama menyatakan serangan ini sebagai serangan yang memalukan untuk melukai warga sipil.

Kalau para pelaku memiliki dendam tertentu pada negara barat katakanlah Prancis, apakah bijak dengan cara ini?

Pasti orang berpendidikan atau bahkan orang awam saja menyadari bahwa tindakan membunuh dan meneror orang lain itu sangat tidak manusiawi dan dilarang. Semua AGAMA mengajarkan itu ke semua orang, sehingga semua orang tahu kalau membunuh atau meneror itu tidak manusiawi. Sekali lagi saya tegaskan, semua AGAMA mengajarkan itu ke semua orang, sehingga semua orang tahu. Bahkan orang Atheis saja sadar diri, meski dia memutuskan Atheis karena sebelumnya pernah punya Agama.

Berarti logikanya: orang yang tidak diajarkan oleh Agama adalah orang yang tidak sadar bahwa membunuh atau meneror itu tidak manusiawi. Dan ambillah contoh di agama saya karena saya tidak fasih kitab agama lain, di Agama Islam tidak mengajarkan membunuh atau meneror orang. Jadi, orang tersebut tidak diajarkan oleh Agama yang bernama Islam. Dengan kata lain, orang yang membunuh atau meneror itu bukanlah orang Islam sesungguhnya, meski mereka menggunakan atribut Islam.

Berarti, sepakat ya, tidak bisa dikatakan orang tersebut yang meneror alias teroris = orang Islam, dan tidak bisa dikatakan semua orang Islam = orang teroris. Betul? Koreksi saya bila salah.

Lalu bagaimana tindakan bijak kita selaku bangsa lain selain memberi ucapan belasungkawa?

Saya adalah masyarakat global. Generasi saya tumbuh saat ini terutama di Indonesia juga sudah tumbuh di era global. Seharusnya generasi kita pemikirannya sudah makin terbuka. Kalau kita sudah bisa mengatakan dan membela diri mati2an "Tidak semua orang Islam adalah Teroris", maka majulah satu langkah lagi:

Janganlah juga ber-prejudice atau men-generalisir, mentang2 orang barat yang bukan Muslim lantas akan mencap Teroris = Muslim, sehingga kita jadi antipati untuk empati terhadap mereka.

Empati itu sendiri dalam pengertian paling sederhana dari bahasa Psikologinya adalah merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, seolah-olah kita menjadi diri mereka, atau berdiri di atas sepatu mereka. Susahnya berempati kadang karena adanya prejudice (prasangka) atau stereotype (stereotip).

Stereotip ini sendiri sesungguhnya bisa bermanfaat positif bagi otak manusia yang terbatas, yakni memberi 'label' untuk sesuatu agar mudah diingat. Namun kadang kala lebih banyak digunakan sebagai hal yang negatif, karena men-generalisasi sesuatu yang minor 'pasti' terjadi di seluruh mayor. Padahal, tidak semuanya demikian. Seperti, tidak semua orang Islam itu adalah teroris atau ekstrimis. Atau, tidak semua orang barat mencap Islam adalah teroris atau ekstrimis. Got it?

Nah, sesungguhnya dari pengalaman saya berinteraksi dengan teman-teman manca negara, banyak juga orang barat yang sudah berpikiran terbuka bahwa 'Tidak Semua Islam itu adalah Teroris'. Meski, ya beberapa orang Prancis menjadi memiliki kesan buruk terhadap orang Islam akibat  kejadian ini dan penembakan Charlie Hebdo Januari 2015 silam, tapi bukan berarti semua orang Perancis jadi takut dan benci Islam. Kalaupun ada yang masih belum terbuka pikirannya, itu urusan mereka, bukan urusan kita kalau mereka mencap semua Muslim = Teroris.

Urusan saya cuma merasakan apa yang mereka rasakan, memberi support jarak jauh, serta ikut meningkatkan kesadaran saya beserta teman-teman masyarakat global lainnya untuk lebih cerdas berempati bahwa mereka yang jadi korban juga saudara kita, terlepas apapun agama dan ras mereka. Belajarlah empati tanpa antipati sebagai masyarakat global.

So, all my pray is for you, for those who are save or already gone to heaven. May Paris and France will be in peaceful like befoe, and there will be no more bombs nor terrors there. Aamiin. #PrayForParis

*NB:
Sorry ya tiba2 curhat di statu panjang gini, dan mungkin ada yang gak setuju dengan curhatan saya. Urusan Anda kalau gak setuju ya, toh saya gak langgar UU IT atau norma2 yg berlalu. Setelah jalan kaki 10k mengelilingi komplek Candi Prambanan dan sekitarnya membuat kaki saya jadi cenat cenut hari ini, masih aja saya bersemangat menulis status ini sebagai bentuk kepedulian dan kekhawatiran saya disana.

Mungkin ini yang namanya "Emotional Attachment" yaa... tapi bukan antara Ibu dan Anak. But... ya you name it lah! Oke saya cus mandi dulu dan siap bobo ciang cantik, capek je jalan 10k sampe siang dan jadi tanned skin gini :-D bhaayyy...!!

Love,
@rirryhapsari The Pink Traveler ♡
JOG, 141115

Sumber:
http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2015/11/151113_dunia_penembakan
http://jogja.tribunnews.com/2015/11/14/aksi-serangan-di-perancis-terjadi-serentak-di-6-lokasi-ini
http://jogja.tribunnews.com/2015/11/14/saksi-mata-10-menit-yang-mengerikan-di-bataclan-paris
http://jogja.tribunnews.com/2015/11/14/hampir-empat-juta-tweet-prayforparis-mengalir-deras-di-twitter

Travel Story | The Gojek Tale (eps.5 end)

The Gojek Tale
Kisah si Abang Gojek Gokil

Episode 5 - The End

"Lo tau gak kalau di kartun2 gitu, kalau tokohnya kaget banget, dagunya sampai nganga jatuh ke lantai kan?" Kata si Driver sambil mempertahankan laju motornya dan menghindari beberapa lubang di jalanan.

"Nah, muka gw kaya gitu deh kalau lo bayangin pas lihat si cewe yang jdi penumpang gw. Beda banget sama adeknya, anak SMA yang bohai dan cantik..." ujar si Driver dengan nada putus asa. Dia mengambil jalur yang lebih mulus. Kadang suka kecele di jalanan Cawang ini, banyak lubang dan gradasi jalan yang tidak mulus. Apabila tidak berhati2, bisa jatuh dan celaka.

"Lo tau gak mbak, cewe di depan itu?" Tanya si Driver sambil menunjuk ke perempuan yang dibonceng di motor depan.

Aku melihat saat motor melaju bersisian dengan motor yang ditunjuk si driver. Badan perempuan itu bongsor, mungkin sekitar 70 kg atau lebih.

"Iya, yang itu kan?" Kataku pelan2 ke si Driver setelah melewati si perempuan itu. Motor berhenti di lampu merah di bawah jalan layang Cawang menuju Kalimalang.

"Iya yang itu. Nah bayangin aja, ini perempuan yang keluar dari balik gerbang itu gedenya 3x dari cewek yang dibonceng tadi!" Seru si Driver meyakinkan.

"Ha??!" Aku kaget tak percaya.

"Suwer!" Ujar si Driver.

"Kaya Pretty Asmara?" Kataku mengira2 postur yang paling mendekati.

"Iya gitu deh..." kata si Driver dengan nada putus asa.

"Hahahaha...." aku tertawa mendengar nada dan ekspresi mukanya.

"Sumpah ya. Itu perjalanan kayanya lamaaaaa bangetttt... kaya yang di cerita2 kura2 lawan kelinci itu loh" kata si Driver masih putus asa.

"Hahaha... emang berapa kilometer?" Tanyaku setelah mengatur tawaku yang meledak.

"17 kilometer!" Kata si Driver dengan nada kaget campur sebal.

"Hahaha... berasa 170 kilometer ya!" Kataku menimpali sambil bercanda ke si Driver yang kelihatan putus asa dengan ceritanya sendiri.

"Iya!" Ujar si Driver cepat. Dia merasa senang ada yang memahami nasibnya.

"Trus gw kan bete ya. Gw kira si adeknya yang cewek SMA bohai itu yang bakal naik, ternyata malah kakaknya yang segede itu! Gw diemin aja selama perjalanan deh. Di tengah jalan, gw mampir dulu buat isi bensi di POM bensin. Dia gw minta tunggu di pintu keluar. Pas gw isi bensin, gw bilang ke mbak2 penjaga mesin besinnya." Ujar si Driver sambil menirukan percakapannya.

" 'Mbak, tahu gak gw lagi bawa apa?' Tanya gw ke si mbak2 penjaga POM."

" 'Emang bawa apaan mas?' Tanya si mbak2 penjaga POM."

" 'Tuh, lemari 2 pintu!' Kata gw sambil nunjuk ke penumpang gw yang lagi nunggu di pintu keluar."

" Si Mbak2 penjaga POM ketawa ngakak pas ngelihat penumpang gw, trus nyahut 'Hahaha, parah lo mas' "

" 'Tau gak mbak, baru kali ini gw bawa motor tapi kaya bawa mobil' "

" 'Hahahahahaha' eh si mbak2 POM ini kagak berhenti ketawa sampai gw tinggal!" Kata si Driver tanpa rasa bersalah.

"Hahahahahahaha!" Aku tertawa membahana mendengar ceritanya. Parahhhh... parahhh... ni orang gokil abis....

"Eh lo malah ikut2. Beneran tauk.. gila berat banget.." kata si Driver sambil manyun.

"Bannya kempes ga pas lo selesai nganter?" Tanya gw sambil menyeka air mata yang keluar karena tertawa ngakak.

"Untungnya sih kagak. Pas di akhir2, akhirnya gw ajak aja deh ngobrol. Kesian juga gw cuekin gitu." Kata si driver melanjutkan. "Ternyata orangnya baik dan ramah banget"

"Wah, jadi bener ya 'don't judge a book by its cover' " kataku.

"Iya bener. Dan lo tau pas udah sampe apa yang terjadi?" Tanya dia.

"Apaan?" Tanyaku balik penasaran.

"Dia ngasih tip gw sampai 40 ribu, harusnya di cuma bayar 15 ribu doang" jawab si Driver dengan mata berbinar bahagia.

"Alhamdulillah..." kataku.

"Nah iya itu makanya kan... Mungkin dia akhirnya luluh gw baek2in pas di akhir2, hihi..." kata dia sambil tertawa geli.

"Dasar elo..." aku tertawa geli mendengar pernyataannya.


***


"Nah mbak, lo kan udah denger cerita gw tentang cewek2 bohai yang cantik. Tapi ada satu cewek yang paling bikin gw terngiang2 sampai sekarang!" Kata si Driver melanjutkan.

"Ha? Ada lagi?!" Aku kaget. "Ehh buset, banyak banget elo dapet cewe2 cantik. Hoki abis!"

"Hahaha.. bukan hoki, tapi ya tampang gw juga gak jelek2 banget kan mbak. Gw modusin dikit ya kalau cewe itu kasih kode juga. Kalau gak, yaudah gw gak berani lanjut" kata si Driver menyombongkan diri dengan bercanda. Aku tertawa.

"Trus gimana nih cewe, jadian lagi sama dia? Ini setelah yang lo jadian sama cewe bohai pertama?" Tanyaku.

"Ntar dulu dong, dengerin dulu ceritanya. Jangan buru2 ke klimaksnya. Kan orang Indonesia suka gitu kan, maunya cepet2, sampai ke klimaksnya, gak mau nunggu atau sabaran dikit." Kata dia sambil manyun karena sebal ceritanya belum komplit ia tuturkan. " Ni cewe jauh sebelum cewek bohai yang jadi pacar gw. Cewek pertama dari pelanggan yang paling cakep, sekaligus paling melekat di pikiran gw sampai akhir..."

"Hahahaha... yaudah coba lanjutin" kataku mempersilakan.

"Nah, jadi ya si cewek ini pesan dari Kokas, Kota Kasablanka. Kebetulan gw di seberangnya dan dia emang mau ke arah barat, jadi ya gw suruh si cewe ini nyebrang aja, soalnya puter balik kan jauh. Trus pas dia udah nyebrang, dari kejauhan lama2 mendekat, gw langsung terpana lah." Kata si Driver dengan nada yang semerbak bahagia.

"Kenapa, bohai lagi?" Kataku saat dia sengaja diam sejenak, memang orang kaya dia sengaja memberi celah sejenak untuk dikomen pendengarnya,

"Bukan mbak. Kali ini beda. Dia pakai jilbab, wajahnya cantik, putih, bersinar-sinar. Subhanallah..." kata dia sambil menyebut Asma Allah. Baru kali ini aku mendengarnya menyebut Asma Allah, aku kira mungkin saja dia bukan Muslim.

"Kaya bidadari baru turun dari langit ya?" Kataku menimpali.

"Lebih mbak! Lebih dari itu!" Kata si Driver bersemangat. "Ini cantiknya, maniiiiiissss banget.... putihnya, putihhhhh bangettt, lalat kepleset kali kalau nempel di kulitnya. Trus, tukang2 ojek lain tempat gw mangkal pada nyenggol2 gw sambil ngecengin gw, 'Gila, lo beruntung banget! Cantik banget tuh cewe!' "

"Tinggi atau pendek?" Tanyaku.

"Ya sedang lah... gw gak ngelihat bohainya lagi, karena yang gw lihat dari dia 'Ini tipe calon istri gw' " kata dia.

"Hahahahahahaha, gokil!" Kataku sambil tertawa.

"Cuma ya mbak, pas di awal dateng, dia dingin abis. Mukanya jutek abis. Gw sampai bingung, mau ngobrol apa, abis judes abis sih awalnya. Trus yaudah gw basa basi aja, ngobrol ini itu. Eh lama2 dia ketawa. Gw ngerasa, 'Wah kayanya jurus gw udah masuk nih' kata gw dalam hati. Akhirnya dia ketawa mulu selama perjalanan. Mungkin dah ngerasa nyaman kali ya ma gw, kita ngobrol jadinya nyambung. Dia juga kasih kode2 gitu deh..." kata dia sambil bersemangat.

Kami sudah memasuki jalanan Kalimalang, di sekitar gudang seng. Jalanan Kalimalang malam hari seperti ini harusnya sudah agak lenggang, maka dari itu aku memutuskan untuk mengambil jalan ini saat si driver menawarkan opsi untuk melewati jalan BKT (Banjir Kanal Timur).

Lalu kemudian dia melanjutkan kembali ceritanya, "Trus akhirnya kita sampai di tempat tujuan dia. Gw kaget dong, secara kok kayanya lebih cepat dari perkiraan. Akhirnya si cewek bilang."

" 'Maaf mas, rumah saya sebenarnya 9 km aja dari sini. Cuma buat nambah2in abang Gojek biar 15 ribu, makanya saya pesan 15 km.' Kata dia." Si Driver menirukan percakapannya dengan si perempuan berhijab itu.

"Itu kalau ada di kartun2 ya mbak, kaya ada petir membelah di langit sampai nyamber ke gw. Serasa dunia langsung hancur berkeping2 di hadapan gw!" Kata dia sambil menirukan nada sedih dan lebaynya.

"Ahahaha, lebay lo! " kataku menyahuti sambil tertawa.

"Terus gw bilang aja, 'Mbak gw rela deh nganterin elo 15 km, lo cuma bayar 9 km, gw bawa lo puter2 dulu trus nanti elo gw turunjn di rumah!' " kata si Driver.

"Lo ngomong gitu ke dia langsung?" Tanyaku kaget, berani juga dia ngomong gitu ke cewk itu. Aku yang penasaran, menahan tawa dan mendengar kelanjutan ceritanya.

"Hahaha, ya gak lah, gila aja... cuma dalam hati aja gw, gak berani lah, gengsi gw." Kata si Driver malu-malu kucing.

"Tapi abis itu, gw beraniin dirilah ngemodusin dia. Soalnya dia kaya kasih kode2 gitu sih sebelumnya..," ujar si Driver melanjutkan.

"Apaan tuh?" Tanya gw.

"Gw tanyalah ke dia, 'Mbak, itu nomor mbak sendiri yang tadi saya hubungi?' "

" 'Iya mas, kenapa?' Tanya dia dengan suara lembutnya yang bikin gw melting"

" 'Nanti kalau mau kemana2, sama saya aja. Mbak bisa telepon atau sms saya.' kata gw ngeberaniin diri.

" 'Oh ya, makasih mas...' ujar si cewek itu sambil tersenyum manis. Abis itu dia balik badan mau masuk ke rumahnya"

"Trus gw mau nyahutin lagi, mau ngajak jalan dia, 'Eh iya mbak!' "

" Gak tahu ada angin ada apa pas gw manggil dia, dia balik badan lagi ke arah gw.... 'Ya?' "

" 'Um, kapan2 kalau free, mau jalan bareng?' "

" Gw deg2an nunggu jawaban dia. Gilaaa, siapa coba yang gak mau sama cewek secantik ini. Dengan modal baja, gw ajak aja deh dia. Sedetik... dua detik... akhirnya dia jawab."

" ' Umm, maaf mas, saya sudah punya tunangan....... mas telat sih.' "


***


" JEGERRR................!!!" Dia berseru sambil menengadahkan kepalanya, membuat ekspresi paling desperate dan horor yang pernah kulihat dari rerata ekspresinya yang biasanya konyol.

"Hahahahahahahahaha" aku tertawa ngakak. Aku paham poin yang ia tekankan dalam kata2 itu yang membuat cerita ini mencapai titik paling serunya.

"LO NGERTI KAN MBAK MAKSUDNYA???!!!" kata si Driver mencoba meyakinkan aku akan maksudnya, dan mentransferkan perasaannya. Perasaan nelangsa, putus asa, tidak siap akan realita, miris, dan berbagai campur aduk lainnya.

"Hahahahahahaahhaha" aku masih tetawa ngakak sambil menangis terkekeh2. Aku bersikap simpati ke dia, tapi dengan caraku sendiri untuk tipe orang seperti ini. Bukan yang mendayu2 ala konseling, tapi justru ditimpali balik, kalau bisa bahkan dengan ceng2an yang lebih sadis. Tapi aku mengerti, dia tidak akan mengambil hati soal itu, karena dia tipe orang yang woles.

"Iya gw ngerti maksudnya... lo telat, TELAT banget!" Aku menambah penekanan di kata 'telat', lalu tertawa terbahak2 lagi.

"Nah itu masalahnya mbak! Kalau dia cuma bilang sampai 'udah punya tunangan' itu sih masih fine aja, tapi ini masalahnya dia nambahin dengan kata2 :

'MAS. 

TELAT. 

SIH' !!!" 

Seru si Driver sambil menekankan kata2 terakhir si perempuan itu.

Ia menunjukkan ekspresi kesal, putus asa, namun tetap memandang dari sisi humor, ia bercerita sambil mengangkat2 tangannya ke udara, lalu kembali memegang stir dengan cepat.

Aku masih terus tertawa. Ada2 aja nih Driver, cerita2nya selalu tentang pengalaman manis maupun kemalangannya, namun dikemas dalam sudut pandang humoris dan woles.

"Kaya lagu dangdut itu mbak, 'Sakitnya tuh disini' " kata si Driver masih bersungut2 sambil menunjuk ke dada kirinya dengan telunjuk.

"Hahahahaha.. sakittt... sakittt... sakitnya tuh disini!" aku menimpali dengan lirik lanjutan lagu Sakitnya Tuh Disini oleh Cita Citata.

"Trus gimana akhirnya?" Tanyaku masih penasaran.

"Akhirnya dia balik badan dan masuk ke rumah. Abis itu, gw pulang tuh kaya diiringin sama awan mendung gitu... kaya ada lagu Sheila on 7 yang 'Aku pulang... kuterima... kekalahanku..." cerita si Driver sambil menunjukkan muka sedih dan desperate-nya.

"Abis itu lo contact dia gak?" Tanyaku sambil menahan kikikanku.

"Ya gak lah! Dia udah mau kawin. Kalau belon, ya gw jabanin! Tapi gak lah, gw ngehormatin pilihannya dia..." kata dia berapi2 seperti pejuang '45, tapi seketika langsung berubah jadi bijak.

"Hahahahaha" aku tertawa terbahak2 lagi, "Iya bener... Bagus lah, jangan jadi pengganggu hubungan orang lah ya yang penting. Karena kita sendiri juga gak mau kan kalau hubungan kita diganggu orang lain."

"Bener banget tuh mbak... ya gw sih cuma sekedar seneng2 aja.. kalau ada penumpang, ya diajak ngobrol buat seru2 aja. Kalau cantik dan bohai, wah bonus abis. Apalagi kalau nyambung dan dia juga nangkep kode2 gw, gw modusin aja sekalian, hehe.. yang penting pas udah bebas tugas ya.." jelas dia.

"Ya.. ya.. ya.." aku mengangguk. Oh begini tho cara pandang dia. "Asal lo yakin dia single. Dan yang paling mendasar sih, dia mau sama elo. Hahaha."

"Siallll..." kata dia sambil manyun dan menunjukkan ekspresi pura2 sebal.

Pikiranku terbang mengingat suatu memori yang familiar yang sudah lama terpendam. Seperti sudah mengenal tipe2 cowo kaya gini, asik diajak temen, tapi kalau untuk serius, masih jauh... pengalamanku dengan cowok2 seperti ini telah membuktikannya. Cowok2 play boy tapi woles kaya gini memang masih mau main2, contohnya mengapa ia begitu tertarik dengan cewek2 bohai dan sekalinya pacaran malah cuma 1 bulan. Dan kalaupun mau serius, bukan dari dirinya sendiri, melainkan harus ada perempuan yang bisa meyadarkannya untuk serius, contohnya mengapa ia begitu tertarik dengan wanita berjilbab itu, dan sudah menggambarkan sebagai calon istri idealnya.


***


Kami pun kembali ke realita dan melihat sekeliling. Kalimalang padat merayap. Sudah pukul setengah dua belas dan kami baru sampai di Pangkalan Jati. Perjalananku kali ini sepanjang 22 kilometer tak terasa karena ditempuh dengan ditemani oleh cerita2 seru si Abang Gojek Gokil satu ini. Gak nyangka pengalaman pertama kali naik Gojek, malah dapat Driver seru seperti ini.

Kami menikmati hembusan angin kala motor melaju agak cepat saat jalanan lengang. Namun hembusan angin malam segera berganti ke hembusan knalpot dengan gas karbonmonoksidanya yang pekat kala motor tersendat di kemacetan.

"Macet nih pasti gegara orang ngelembur atau jalan2 sampai malam karena besok libur deh..." kataku.

"Iya paling gitu mbak..." kata dia sambil mencoba menyalip namun terhenti dari arah berlawanan, "Bekasi sih..."

Aku paham maksudnya dan karena aku tahu dia dari Depok, aku timpali, "Beh, gini2 lo udah punya visa belum mau masuk Bekasi?! Sama juga kali sama Depok, jalan2nya kan kecil2, naik turun pula kaya di bukit2, bahkan kalau angkot saling papasan, mesti ada salah satu yang berhenti dan ngalah buat ngasih jalan yang lain."

"Iya sih Depok juga..." kata dia mengakui. Hahaha, tuh kan!

"Gw yakin Meme Bekasi tuh dibuat sama orang2 Depok sama Tangerang yang sebenarnya mereka juga gak kalah parahnya sama Bekasi, cuma biar gak ketahuan aja, makanya yang di-bully itu Bekasi!" Kataku bercanda ke dia. Aku tidak pro bekasi, tapi juga tidak kontra bekasi.

"Beda ya, kalau Tangerang daerah Cipete mah gak" kata dia membela diri.

"Sama aja, daerah2 UIN sama juga tuh" kataku yang mengingat kembali flash back terakhir kali ke daerah sana.

"Enak aja, kampus gw tuh! Gak macet ya! Apalagi pas gw kuliah dai 2004-2007 tuh belum semacet sekarang sih..." Kata dia membela diri dengan lucunya. Oh jadi ini Driver pernah kuliah di UIN, dan dia lebih tua dari angkatanku, 2004.

"Lo gak usah tanya, kampus gw dijamin bahkan gak macet sama sekali." Kataku menimpali dengan sok sombong, hihi..

"Emang dimana?" Tanya dia.

"UGM di Jogja. Ahahahaha" kataku sambil tertawa.

"Yaelah mbak, itu mah gak usah disebutin. Pada sepedaan semua kali!" Kata dia bercanda.

"Hahahaha.." aku masih tertawa, "Gak usah pakai 'mbak' kali, gw angkatan 2007."

"Oh ya? Hahaha... gw kira karena lo udah kerja lo lebih tua dari gw. Emang ya kalau di Jogja, susah kalau gak pakai angkutan pribadi." Kata dia.

"Iya bener, gw aja biar ringkes, pakai motor kemana2 disana. Susah diakses kalau ngandelin angkutan umum. Gojek juga belum masuk sana. Jarak kampus sama kosan deket sih, cuma kan kalu ke tempat2 lain, jadinya lumayan jauh kalau gak pakai motor" Aku mengiyakan.

"Eh ngomong2 soal jauh, masih jauh gak belokan ke kiri ke komplek rumah elo?" Kata dia.

"Hahaha, masih!" Aku melihat sekeliling dan mencoba memahami lokasi yang sudah banyak berubah di sekitar Kalimalang yang hendak dibangun jalan layang bebas tol. Sudah di daerah Lampiri.

"Sekitar 3-4 kilometer lagi lah... Lo jangan ngira gw kaya banci pertama ya! Gw ngebooking tepat sasaran tauk" aku tertawa ngakak.

"Hahaha, ya gak lah, gw kira masih jauh! Abis gak sampe2 sih. Macet banget pula. Lo ada jalan lain gak sih?" Tanya dia. Kami sudah sampai di Sumber Artha.

"Gak ada, kalau lewat Sumber Artha ini malah lebih jauh." Kataku.

"Eh, gw boleh minta tolong gak?" Tanya dia tiba2.

"Apaan?" Tanyaku was2. Awas aja kalau dia coba2 modusin aku. Setelah 3 cerita tentang wanita yang dia modusin, aku mendadak waspada seperti kucing yang bulu2nya berdiri saat ada ancaman.

"Nanti kalau sampai rumah, boleh gak aku minta tolong. Umm..." dia berkata hati2, memilih tiap kata2nya agar lebih tertata, "Tolong lihatin dong di peta, jalur dari rumah elo ke Depok. Gw mau cari jalan lain selain lewat Kalimalang ini," tanya dia.

"Hahaha," aku tertawa sambil menghembus nafas lega. Aku pikir dia bakal modusin aku. Yaelah, orang kaya gini, item, rambut keriting, dimodusin pula #akumahapaatuh hahaha, aku tertawa sendiri dalam hati, lebih kepada menertawakan kekonyolan asumsiku sendiri.

"Lo udah nyerah sebelum berperang ya, ngelihat Kalimalang yang bikin desperate ini. Hmm dimana ya..." Aku berpikir rute dari Depok ke Bekasi, umm,, lewat jalan mana ya yang cepat. Aku teringat, aha!

"Lewat Caman aja, nih nanti kita lewatin belokanny. Nanti lo ikutin jalannya teruuuus aja, lama2 nembus ke Pasar Pondok  Gede. Trus nanti lo kan bisa lewat Lubang Buaya dan Asrama Haji terus ke TMII, terus ke Terminal Pasar Minggu, abis itu ke Depok deh. Atau lo dari Pondok Gede bisa ke Ujung Aspal, terus ke Jalan Ratna Jatiwarna, ikutin pinggir JORR, nanti kan nemu Pasar Minggu, abis itu ke Depok deh" jelasku panjang lebar memberi tahu rute ke dia.

"Ah iya bisa, asalkan udah sampe di Pondok Gede aman deh" kata dia. Kami pun melewati pertigaan Caman.

"Nah ini pertigaannya. Nanti lo belok aja kesini." Kataku menunjukkan. Dia mengangguk paham.

Kami memasuki wilayah kekuasaanku. Sudah di daerah Caman mau ke arah Kampung Dua. Sebelum sampai di tempat tujuan, aku kembali teringat hal yang mau aku sampaikan ke dia.

"Cerita2 lo seru banget tau gak sih lo! Pengalaman2 lo sama banci dan cewek2 cantik selama jadi Gojek, lo tulis di blog aja, atau jadiin buku aja!" Aku memuji dia sekaligus memberi saran ke dia.

"Maunya sih mbak.. tapi belum punya waktu" kata dia dengan nada penuh harap sambil tersipu2 malu.

Wah, kayanya asik nih kalau aku tulis pengalamannya dia, karena dia sepertinya tipikal penutur, bukan penulis. Maka yang akan bertahan bertahun2 adalah tulisan, sementara tuturan akan hilang seiring dengan meninggalnya orang itu dari dunia. Aku bulatkan tekad untuk menulis cerita dia yang seru ini sesampainya di rumah, hihi...

Akhirnya, kami hampir sampai di perempatan untuk berbelok ke komplek rumah. Ini belokan kiri yang ia perkirakan dan setelah aku memberi tahu, dia merasa lega.

"Akhirnya, sampe juga! Dasar planet lain!" Kata dia.

"Tunggu dulu, lo gak bisa belok ke kiri!" Ujarku cepat.

Ternyata telat, dia sudah membanting stir ke kiri. Dia baru sadar ternyata gerbang ke area komplekku ditutup.

"Kan, lo sih buru2! Udah ditutup tau gerbangnya kalau udah jam 10 malam ke atas." Kataku sambil tertawa.

"Yaahh.. trus lewat mana dong? Makin jauh dong?" Tanya dia desperate.

"Iya, lewat Mesjid, sana. Tapi bentar, kalau jalanan kecil di samping Swalayan ini dibuka, bisa jadi shortcut untuk masuk ke gerbang komplek gw." Kataku celingak celinguk.

"Yakin lo bisa lewat sini?" Dia terlihat ragu2 saat melewati jalan sempit berundak2 yang di sampingnya ada portal yang terkunci rapat.

"Bisa-bisa" aku merasa optimis.

Akhirnya motor yang ia kendarai mampu melewati jalanan kecil itu dan voila! Sampailah kita di jalanan menuju komplek rumahku. Setelah aku tunjukkan jalan masuk kesana kemari untuk menuju rumahku, akhirnya aku sampai ke rumah tepat pukul 12 kurang 15 menit. Sesampainya di garasi rumah, aku mengucapkan terima kasih dan membayarnya.

"Makasih ya. Perjalanan gw jadi gak kerasa gara2 cerita elo." Kataku.

"Iya sama2 mbak. Haha.. eh iya bisa lihat map di GPS gak?" Kata dia mengingatkan.

Aku pun mengeluarkan note-ku dan mulai mencari. Akhirnya rute jalanan dari Caman seperti yang kuberitahu muncul di layar dan kutunjukkan kepada dia.

"Oke, sip, gw ngerti sekarang. Makasih... " Kata dia.

"Yup. Ini keluar dari komplek lewat jalan yang sama ya, lewat yang tadi aja." Ujarku menambahkan. Kemudian aku mengembalikan helm dan memberikan uang bayaran kepada dia.

"Eh, ini kelebihan" kata dia.

"Gapapa ambil aja. Sorry cuma bisa kasih segitu tipnya, gak sebesar kaya mbak2 gendut yang baik itu.." kataku sambil tersenyum lebar.

"Makasih ya!" Kata dia sumringah dan balik tersenyum.

Aku pun membuka kunci rumah dan segera masuk. Aku dengar mesin motor dinyalakan dan beberapa saat kemudian dia meluncur pergi.

Wah, hari ini aku dapat pengalaman berharga sekaligus menyenangkan.  Ternyata, apapun pekerjaannya, gaji tinggi ataupun di bawah rerata, asalkan dilakukan dengan hati senang, ikhlas, dan berpositif thinking, maka akan terasa menyenangkan.

Jangan pernah menilai seseorang dari pekerjaannya, rendah tingginya pekerjaan tidak menggambarkan orang keseluruhan. Siapa sangka tukang ojek seperti dia adalah orang berpendidikan di perguruan tinggi negeri, cerdas secara sosial, dan humoris seperti dia?

Terakhir, jangan selalu lihat masalah sebagai musibah. Lihatlah masalah dari titik terang dan bersikap positiflah. Kalau bisa, tambahin sedikit bumbu humor di dalamnya agar hidup terasa lebih renyah!

Sekian The Gojek Tale 5 episode dariku, The Pink Traveler. Semoga menginspirasi teman2 semua! Chao!


P.S. 

Sampai sekarang aku tidak tahu nama si Driver Gojek itu, karena pesananku dipesan dari aplikasi Gojek temanku. Aku hanya punya nomor teleponnya saja. Tapi itulah dia, kata Shakespeare, "What's in name?" Nama dan orang bisa saja terlupa dan hilang dari dunia, tapi kebaikanlah yang akan tetap terngiang dan melekat di ingatan orang lain. Maka, biasakanlah berbuat baik kepada sesama dan sampaikanlah yang baik2, niscaya orang akan mengingatnya selalu.


Disclaimer:

Semua cerita ini berdasarkan kisah fakta dengan beberapa improvisasi. Nama tokoh dan tempat sesuai dengan aslinya dengan tetap menjaga privacy-nya. Jika ada yang keberatan dengan cerita ini, mohon maaf, saya hanya penutur ceritanya saja, dengan maksud cuma ingin meghibur pembaca saja. Semoga tidak dimasukkan di hati, kritik dan saran dimasukkan saja di surel pembaca ya. Semua disclaimer cerita ini mengacu pada disclaimer blog ini yang dapat dibaca di page Disclaimer. Dipersilakan untuk share cerita ini dengan menyebutkan referensi www.ririthepinktraveler.blogspot.com dan penulis aslinya, sambil sama2 belajar menghargai karya orang lain dan anti-plagiarisme ya! Terima kasih. Sampai jumpa di cerita2 The Pink Traveler selanjutnya! Â bientöt!

Travel Story | The Gojek Tale (eps. 4)

The Gojek Tale
Kisah si Abang Gojek Gokil

Episode 4

Motor terus melaju di antara keramaian jalan raya kota Jakarta. Waktu telah menunjukkan pukul 10 malam lebih. Dari kejauhan tampak jembatan layang Stasiun Cawang. Si Driver bertanya padaku apakah benar jalur atas yang diambil, aku menjawab benar. Kami pun menunggu antrian di arus yang menyempit ke jalan layang sambil melanjutkan pembicaraan.

"Jadi ya mbak, nih cewek bohai banget..." katanya sambil berseru riang gembira. Matanya berbinar2 saat kulirik di samping kaca spion.

"Kok lo bisa tahu dia bohai? Kan di aplikasi ga ada foto pelanggan kan?" Tanyaku sambil mengkonfirmasi informasi ini. Aku tidak tahu intermuka aplikasi untuk Driver, mungkin saja nampak foto dari si penumpang.

"Iya mbak.. makanya denger dulu ini..," ujar dia bersungut-sungut sambil manyun, sebal karena ceritanya diinterupsi. Aku menahan kegelian karena sifat konyolnya ini.

"Nah tapi, pas pertama mau gw datengin ke tempat dia, dia ngelarang gw untuk berhenti persis di depan kosan dia. Gw disuruh tunggu 10 meter dari TKP. Yang nyebelinnya lagi, gw nunggu ada kali setengah jam lebih. Bete banget kan? Gw bisa aja dapet 1 orderan kali selama nunggu dan cancel orderan dia aja. Alhasil gw tetaplah menunggu, kasian juga dia udah pesen tapi gw batalin. Toh bukan banci juga dari namanya.. " ujar si Driver sambil tertawa terkekeh2.

"Hahaha, dasar lo..." gw ikut tertawa.

"Pas gw udah puncak2nya bete, tiba2 ada cewek yg keluar dari kosannya dia dan datang mendekat ke gw. Astaga! Bohai abis, cantik pula!" Seru si Driver kesenangan.

"Bohainya bohai toge pasar apa kutilang?" Tanyaku sambil tertawa.

"Ya kutilang lah! Kurus tinggi langsing, rambut panjang, wow banget deh pokoknya!" Jawab dia cepat, "Nah trus nih cewe yang gw bingungin, kenapa mukanya kaya abis nangis gitu, sembab gitu matanya. Pas dia td ngomong di telepon juga suaranya agak pelan2 lirih gitu kaya mau nangis..." kata si Driver.

"Abis berantem sama pacarnya kali di kosan dia?" Tanyaku menebak2.

"Kagak tau ya, gak berani nanya dia juga sih.. privasi dia soalnya..." si Driver menjelaskan.

"Ooo gitu... iya menghormati privacy dia juga kan" kataku mengamini.

"Iya.. nah, trus kan dia naik deh ke motor gw.. ngelihat dia sebelumnya agak sedih2 gimanaaa gitu, gw hibur dia deh, ngajak ngobrol ini itu. Eh, taunya nyambug!" Dia menjelaskan berapi2.

Aku terkekeh melihatnya, kocak sekali penjelasan dan cerita dia.

"Gw awalnya kan emang mau ambil request dia karena searah, ke Depok. Ternyata rumah dia bener di Depok. Pas dia udah turun, dia tanya ke gw 'Bang, rumahnya di Depok ya?' " ujar dia sambil menirukan percakapan antara dia dan cewek itu.

" 'Iya neng, kenapa?' Tanya gw polos. " si Driver melanjutkan.

" 'Kalau gitu, bisa barengan trus dong! Ntar gw pesen gojeknya ke atau dari Depok ke elo terus aja ya" si Driver mencontohkan keceriaan wajah si cewk itu.

" 'Bisa banget mbak!' Gilak, ga usah gw modusin, masalahnya ni cewe juga tetarik, jadi ya gw sikat aja. Apalagi gw kan searah sama dia ke Depok, jadi kenapa gak?! Hahaha!" Dia tertawa terbahak2 kegirangan.

"Laahhh, kan banci kedua pernah nawarin langganan sama elo, kok yang ini lo bisa terima?" Tanya gw tiba2 teringat si kasus banci kedua.

"Hahaha! Gampang diatur itu mah! Gak usah bayar juga gak papa kalau si cewek bohai satu ini!" Ujar si Driver bersemangat.

"Hahaha, dasar lo! Modus abis!" Ujar aku menambahkan. Dia tertawa terpingkal2,

"Trus akhirnya gimana?" Tanyaku melanjutkan rasa penasaranku.

"Nah trus akhirnya, kita jadi deket karena keep contact. Gak lama, kita jadian deh. Wah, sering banget deh tuh gw pulang pergi dari Depok bareng dia pas jadian!" Ujar si Driver senang.

"Hahaha.. berasa dunia milik lo berdua ya, yg lain ngontrak!" Ujarku menambahkan.

"Hahaha, iya bener!" Kata si Driver menyetujui.

"Trus berapa lama lo jadian ma dia?" Tanyaku masih penasaran.

"Cuma sebulan" jawab dia ringan.

"Ha???? Cuma SEBULAN???" aku keheranan. Kok bisa ya ada orang yang pacaran cuma sebulan, itu mah bukan pacaran namanya, ujarku dalam hati. "Putusnya karena apa?"

"Beda prinsip aja" jawabnya singkat.

"Beda prinsip gimana?" Kejarku.

"Ya udah beda prinsip hidup aja mbak.. lagian jg gw udah move on juga dari dia kali. Dia juga mungkin..." kata si driver menjelaskan.

"Tapi kan elo baru 3 bulan jadi Gojek, trus 1 bulan jadian sama si pelanggan pas lo masih kerja di Gojek. Apa lo gak ngelanggar kode etik?" Tanya gw, tiba2 muncul saja ide dan rasa penasaran tentang kode etik.

"Gak lah. Kan kita udah bebas tugas. Jadiannya kan pas udah selesai ngantar" kata dia mengklarifikasi.

"Tapi kan elo jadian pas bolak balik Depok itu?" Tanyaku.

"Ya tapi kan pas gw bebas tugas" kata dia.

Aku pun tak ingin memperpanjang bahasan ini, soalnya urusan dia sih mau bebas tugas atau pacaran pas lagi kerja, gak ada urusannya sama aku, hahaha, batinku.

"Eh tapi, pas lo jadian sama dia, lo penasaran gak sih, alasan dia lama keluar dari kosan dia pas pertama kali lo jemput dia itu kenapa sih? Trus kenapa dia sedih2 gitu? Cerita gak dia sama elo?" Tanyaku penasaran.

"Tanya sih... cuma dia gak mau kasih tau..." kata si Driver dengan tampang agak sedih.

"Mungkin dia abis berantem sama cowonya kali?" Aku mengira2. Itu satu2nya alasan yang paling memungkinkan saat itu.

"Gak tau deh... gw juga gak tanya2 sih... ngehormatin dia lah, biar aja jadi urusannya dia." Jawab si Driver bijak.

"Okay.. hahaha, ciye bijak juga elo" kataku memuji dia sambil tertawa.

"Haha, iya dong..." kata dia merasa ke-Ge-eRan.

"Trus lo masih keep contact sama dia?" Tanyaku.

"Udah gak lagi.. yaudahlah, udah lewat juga" kata si Driver ringan.

"Iya sih..." kataku sambil mengangguk. Motorpun melaju di tengah2 udara malam kota Jakarta. Berbagai kendaraan hilir mudik berganti, seiring dengan topik2 pembicaraan kami yang terus menerus berganti.


***


"Tapi ya mbak, mungkin rejeki anak sholeh kali ya. Berikutnya, gw dapet lagi nih pelanggan yang bohai abis" lanjut si Driver dengan semangat yang kembali muncul. Ia terlihat berseringai bangga dari kaca spion samping yang kulihat.

"Seriusan? Wah gokil abis lo, beruntung banget..." kataku menyahuti.

"Beruntung? Makanya dengerin kelanjutan ceritanya dulu..." ujar dia yang bikin aku penasaran. Ini driver memang hobi cerita kali ya, soalnya ceritanya selalu punya klimaks dan bikin tertawa.

"Dia lo jadiin pacar kedua dari penumpang elo?" Tanyaku.

"Bukan... dia masih anak SMA, tapi badannya.... beuhhh, bohai abisss..." kata dia dengan mata berbinar2.

"Ha? Lo pacarin anak SMA?" kataku cepat. Rasa penasaranku mengalahi semuanya.

"Ntar dulu... jadi si anak SMA ini nunggu di depan gerbang rumahnya setelah pesan Gojek dan gw konfirmasi. Pas gw dateng, gw langsung teriak dalam hati 'Asik, bisa digebet nih! Cantikl bohai pula!' " jelas si Driver saat melakukan monolog mengulangi kata2nya sendiri.

"Bohainya gimana, kaya yang pertama kutilang gitu?" Tanyaku.

"Gak, dia pendek sih.. ya masih imut2 kaya anak SMA gitu lah, cuma bohai abis deh..," kata si Driver masih penuh semangat.

"Trus trus gimana kelanjutannya?" Tanyaku segera.

"Trus trus.. emang mau kemana elo? Ntar nabrak loh teras terus... eh ngomong2 tentang terus, ini lurus terus abis itu belok kiri kan?" Tanya dia.

"Iya ambil arah yang ke Kalimalang. Duh gw gak kelihatan nih kalau malam, minus mata gw." Kataku.

"Iya bener ambil jalanan yang lurus di sebelah kiri kok" kata si Driver seperti anak kecil yang bersikukuh dengan bola yang dipegangnya.

"Haha, iya itu ada plang tulisan Ke Kalimalang. Iya lewat sini, trus belok kiri" kataku mengiyakan.

Kami mengambil jalanan di sebelah kiri dan masuk ke terowongan Cawang. Tiba2 jalanan mendadak macet. Ada kecelakaan motor. Driver dan penumpangnya terjatuh dari motor dan bensin bercecera dimana2. Beberapa orang turun membantu mereka. Tapi karena kami dibur waktu, akhirnya kami melaju melewati mereka. Tampaknya kecelakaan tunggal, tidak ada tabrakan atau perkelahian karena kecelakaan dengan yang lain.

Kemudian setelah membelok ke kiri, si Driver melanjutkan ceritanya kembali.

"Jadi pas cewe SMA ini nunggu di depan gerbang rumahnya, gw datang nyamperin dan langsung menyapa dia secara profesional dong, 'Maaf, mbak yang tadi pesan Gojek?' " kata dia menirukan percakapan.

" 'Oh iya mas betul' kata si cewek SMA itu, duh suaranya manis bet kaya orangnya" lanjut si Driver.

" 'Baik mbak, ini silakan helm dan maskernya' kata gw menyahuti." Kata si Driver.

" 'Eh iya mas, betul saya yang pesan Gojeknya. Tapi... yang naik bukan saya, yang naik kakak saya. Yang itu...' kata si cewek sambil menunjuk ke bagian dalam rumah di belakangnya. Tiba-tiba ada perempuan yang keluar dari dalam rumah." Lanjut si Driver.

" 'A.. a.. a...' Gw langsung shock..." ujar si Driver sambil menirukan ekspresi menganga untuk menunjukkan kekagetannya.

***

To be continued

Episode 5 (The End)

http://ririthepinktraveler.blogspot.co.id/2015/09/travel-story-gojek-tale-eps5-end.html

Travel Story | The Gojek Tale (eps.3)

The Gojek Tale
Kisah si Abang Gojek Gokil

Episode 3

"Terus, gimana ceritanya?" Tanyaku semakin penasaran dengan cerita penumpang banci ketiganya ini.

"Terus, terus, mau kemana elo emangnya?! Ntar nabrak lo!" Jawab dia sambil memanuver motornya dari jalur tengah yang tidak bergerak ke jalur kiri, lalu mengerem agak mendadak karena ada motor lain yang melaju dari belakang, "Tuh kan!"

Aku ketawa aja, si driver ini langsung aja nyerocos gak pakai disaring, emang gokil nih driver.

"Jadi, si banci yang ketiga ini penampilannya mirip sama yang pertama." Jelas si Driver Gojek.

Dengan lihainya dia tetap dapat mempertahankan laju motornya dan menyalip kendaraan lain, menghindarinya dan tanpa menyenggolnya. Rabu malam, malam takbiran sebelum besok Idul Adha, jalanan MH Thamrin padat merayap diisi oleh orang2 yang pulang kerja sangat larut, entah lembur, entah nongkrong dulu, mumpung besok libur.

"Pas gw datengin, dia pakai jeans dan kemeja yang ketat badan gitu. Trus tampilannya kaya apa yang lo bilang tadi" kata dia penasaran bertanya ke aku.

"Cowok metroseksual" ujarku.

"Nah iya itu!" Seru dia senang menemukan kata2 yang tepat menggambarkan sosok penumpang yang ia temui.

"Gw sapa lah baik2 pas ketemu, terus dia langsung naik ke jok. Pas naik, lo tau apa yang dia lakukan?" Tanya dia membuatku penasaran.

"Apa?" Aku sudah mulai membayangkan yang aneh2.

"Dia langsung meluk pinggang gw dari belakang!"

"Oh my God!!" Teriakku kaget campur ketawa, "Hahahahaha"

"Ih jijik banget gw! Masalahnya gw bukan hombreng, gw masih lurus2 aja keles. Yang lebih parah lagi tau gak apa?" Tanya dia.

"Apaan apaan?" Tanyaku makin penasaran.

"Dia duduk nempel ke gw, trus pahanya dikepitin ke badan gw! Belum lagi, pas dia ngomong, mulutnya tuh dideketin ke telinga gw!" Serunya dengan mimik jijik yang gw lihat di spion.

"Astaga!!! Menjijikan banget!!!" gw langsung membayangkan kalaunjadi dia, itu pasti perjalanan yang mendadak menjadi panjang dengan penumpang kaya gitu.

"Bangettt!!!" Dia langsung merasa senang ada yang mengerti perasaan dia.

"Trus lo apain dia?"

"Trus kan gw kesel ya dia deket2 dan nempel2 ke gw. Gw masih diemin aja tuh banci, gw gak ngomong apa2 sama dia. Sikap gw dingin lah, sementara dia nyerocos nanya ini itu. Gw nyari ide selama gw diem itu, gw apain ya ni penumpang." Jelas dia sambil mengerutkan alis tanda sedang berpikir serius namun dengan mulut manyun yang kocak.

"Akhirnya si penumpang nanya, 'Mas, udah berapa lama kerja di Gojek?' " ujar si driver sambil menirukan percakapan antara dia dan si banci.

" 'Baru tiga bulan mas...' " jawab si driver singkat dengan nada ogah2an.

'Mas, sebelum kerja jadi Gojek, kerja apaan mas?' Tanya si banci ke gw..." si driver melanjutkan ceritanya dengan nada makin naik senang, "Nah! Pas banget tuh dia nanya begitu. Langsung aja deh gw jawab....."

"Jawab gimana?" Tanyaku memancing saat dia diam sejenak. Lalu dia menarik napas untuk melanjutkan ceritanya.

" 'Yah, sebelum gojek saya mah kerja serabutan aja. Paling nongkrong sana sini aja sama temen. Kalau temen ngajak tawuran, ya gw ikut. Kalau temen ngajak mukulin orang, yaudah gw ikut pukulin deh. Gw mah gitu, tukang pukul, tukang bacok dulunya. Kalau orangnya masih idup, dia masih beruntung tandanya. Kalau meninggal, yaudah derita dia." Cerita dia dengan nada ringan nan santai.

Aku ternganga mendengar ceritanya, serius nih? Ujarku dalam hati.

"Abis itu, ada temen gw yang ngajakin, 'Ayo kerja jadi Gojek aja kaya gw! Daripada elo nongkrong2 gak jelas kaya gini, jadi tukang pukul atau tawuran mulu kerjaannya' Bener juga kata dia, bosen juga idup guw gini2 aja... " ujar dia sambil ketawa cengengesan.

"Trus gimana respon tuh banci?" Tanyaku penasaran, lagi.

"Akhirnya, dia mundur perlahan. Lama2 duduknya ngejauh dari gw. Mulutnya udah gak lagi di kuping gw. Pahanya udah ngebuka kuncian dari badan gw. Hahahaha!" Dia tertawa menang, matanya berbinar2.

"Hahahaha, gokil lo!" Ujarku tak mampu menahan tawa. Gokillll abissss ni driver....

"Abisnya kalau gw gak gituin, sampai di akhir perjalanan bakal nempel terus sama gw. Ih, kan gw jijik!" Ujarnya dengan wajah merengut, lalu tertawa lagi.

"Hahaha... pas di akhir perjalanan gimana?" Tanyaku ke dia.

"Yaudah pas sampai di akhir perjalanan dia udah gak ngomong lagi sama gw. Mukanya entah bete, entah takut sama gw, abis bayar lagsung aja cus pergi.. haha, mungkin dikira dia gw beneran tukang pukul kali ya, makanya bencis macam dia gak mau main2 lah sama gw gini" ujar dia sambil tertawa menang.

"Hahaha... iya bener juga elo... kadang pelanggan mesti dikasih shock therapy gitu ya, tapi lo gak takut kalau pelanggan kasih feedback negatif ke elo kaya banci yang pertama?" Tanyaku ke dia. Rasa takutku pun sudah tertepis, ah masa bodo kalau benar dia tukang pukul di jaman dulu dan berniat jahat ke aku nantinya, toh aku bisa saja melompat ke jalana untuk kabur dan melaporkannya ke Gojek nanti. Tapi overall aku percaya untuk masa kini, dia anak baik2 kok. Usianya mungkin lebih muda dari aku, mungkin seadikku, sekitar 23 tahun.

"Kagak... lagi juga perusahaan juga bakal ngerti kok, kalau sekali dua kali ada feedback jelek, trus driver bisa ngejelasin, kaya kejadian bencis pertama gw itu, pasti perusahaan bakal ngerti kok. Tinggal pintar2nya kita ngejelasin. Tapi ya jangan banyak2 juga komen negatifnya, ntar reputasi si driver di mata perusahaan kan jadi jatuh..." kata dia menjelaskan.

"Ohhh gitu..." responku memahami, "tapi berikut2nya lo dapat pelanggan banci lagi gak?"

"Nah, berikut2nya, gw belajar dari pengalaman nih mbak. Jadi kalau gw dapat pelanggan banci, gw pura2 sakit deh." Ujar dia.

"Lah kok gitu? Gimana caranya bilang, kan udah confirm?" Tanyaku penasaran sambil menahan kikikan.

"Jadi ya misalnya nih cerita banci pelanggan ke empatku," ujar dia mulai bersiap2 untuk menceritakan pengalaman berikutnya.

"Gimana tuh?" Tanyaku.

"Jadi kan pas gw lihat requestnya, ' Yah, namanya Mince! Dari namanya aja kan udah ketauan. Banci lagi deh!' Ujar gw dalam hati. Trus gw batin, ah daripada nolak rejeki, mending gw iyain aja deh..." jelas si driver.

"Trus gw telponin deh si Mince, Mince ini berkali2... eh dia gak angkat2. Gw tambah sebel dong, tapi sedikit lega, ah jangan2 ni orang cancel request-nya. Akhirnya, dia angkat teleponnya..." ujar dia menirukan percakapan antara dia dan Mince.

" 'Duh sorry masss... tadi eyke lagi rempong cyiiin, gak bisa angkat telepon massss... ' " ujar si driver dengan nada banci.

" 'Iya mbak, ini dari Gojek, benar tadi pesan Gojek?' " si driver melanjutkan ceritanya.

" 'Iya bener masss.. eke nunggu di depan mall ini yey... bawa barang belanjaan banyak ini cyiiin, pasti keliatan' "

" ' Nah kebetulan nih mbak, saya telepon justru mau konfirmasi, kalau saya mendadak sakit perut dan gak bisa memenuhi request mbak' " ujar si driver.

" 'Hu'uh! Eke benci deh! Eke kan udah nunggu...' " si driver memperagakan gaya sebalnya si banci.

"Trus akhirnya gimana?" Tanyaku.

"Akhirnya dia tutup teleponnya dengan sebal, malah dibanting kali. Wakakakakak...." ujar si driver sambil tertawa ngakak.

"Wah, parah, parah lo..." aku ikut2an ngakak.

"Ya bukan gak mau nolak pelanggan sih, cuma dari pengalaman gw 3 kali dapat banci, semuanya bikin kapok!" Ujar dia menerangkan agar tidak salah paham.

"Ah iya sih bener..." kataku memahami.

"Eh ini lewat atas kan?" Tanya si driver tiba2. Ternyata kami sudah sampai di jalan layang Patung Pancoran.

"Iya, lewat atas aja. Kalau lewat bawah, pakai lewatin lampu merah." Ujarku.

"Iya, ambil yang cepet aja ya mbak..." ujar dia.

Suasana agak hening sekarang. Aku mencari topik pembicaraan lagi, masih penasaran dengan cerita dia. Orang kaya gini seru, selalu melihat sesuatu dari kacamata positif dan lucu, bahkan dengan bumbu2 humor, jauh dari negatif thinking.

"Trus gimana, ada cerita seru lagi gak selama lo jadi driver gojek selain pengalaman sama banci?" Tanyaku kali ini yang membuka pembicaraan.

Dia sempat diam sejenak, "Hmm.. apa ya.. gitu2 aja sih sebenarnya..."

Lalu dia berpikir.

"Aha! Ada nih mbak! Cewek pelanggan pertama gw yang berhasil gw jadiin pacar gw!"

***

To be continued

Episode 4

http://ririthepinktraveler.blogspot.co.id/2015/09/travel-story-gojek-tale-eps-4.html



Travel Story | The Gojek Tale (eps.2)

The Gojek Tale
Kisah si Abang Gojek Gokil

Episode 2

Motor terus melaju dengan kecepatan sedang, melewati Balai Kartini, sementara si Driver Gokil bersiap untuk bercerita lagi. Dengan lihainya ia menyalip beberapa mobil dan kendaraan, hebat juga ni driver multi taskingnya, sambil nyetir sambil cerita, ujarku dalam hti.

"Jadi ini pelanggan banci kedua gw mbak..." ujarnya.

"Gimana tuh ceritanya?" Tanyaku penasaran sambil membenarkan posisi duduk dan mencondongkan tubuhku lebih dekat agar aku lebih jelas mendengar ceritanya.

"Gw udah tau kalau pelanggan ini agak2 bencis pas gw telepon buat konfirmasi pemesanan, soalnha dar suaranya cowok tapi agak melambai gitu. Eh bener aja, pas gw dateng dan ngedeketin dia, keliatan deh muka2nya merah2 gimana gitu kan di bawah matahari. Dandanannya kaya cowo2 yang suka dandan gitu, yang perawatan wajah ini itu, tapi pakaiannya masih maskulin, pakai jeans dan kemeja gitu, tapi press body sih..." jelas dia.

"Kaya cowo metroseksual gitu? " tanyaku.

"Nah, iya itu! Tapi yang ini banci2 elit gitu, gak kaya banci salon kemarin yang keliatan banget kelas bawah gitu" Ujarnya seperti menemukan kata yang hilang dari pikirannya, "Pas gw sapa dia, eh bener kan feeling gw, suaranya kaya mendayu dan melambai gitu deh. Ya ampun, dapet banci lagi gw. Trus gw kan kesel kan, jangan2 nih cowo bakal kaya banci salon sebelumnya, ngibulin gw, pesan 9 km, ternyata 25 km. Belum lagi duduknya yang nempel2 sama gw pas ngasih arah. Tapi teryata ni penumpang cool aja, gak banyak omong, trus masih sopan lah duduknya."

"Ooo.. trus trus?" Simakku penuh minat.

"Trus, sampailah kita di tujuan dia. Pas dia turun dan bayar, dia tanya ke gw" ujarnya, " 'Mas, itu yang di aplikasi nomor hape mas sendiri ya?' "

" 'Iya, kenapa emang mas' tanya gw ke dia" si Driver mulai bernada serius.

" 'Kalau boleh, mas saya jadiin langganan saya aja ya?' Tanya si pelanggan itu" si Driver langsung menarik napas untuk melanjutkan sementara aku sontak tercekat kaget campur mau ketawa tapi kutahan demi kelanjutan cerita.

"Kaget lah gw kan mbak dibilang gitu... gila aja, apa maksud dia mau jadiin gw langganan" kata si Driver bersungut2.

"Trus lo jawab apa?" Tanyaku.

"Gw jawab dengan nada serius dan profesional dong," kata dia.

" 'Maaf mas, kalau driver gojek itu kan cepet2an ngambil request-nya. Nanti gak fair dong mas kalau mas terus2an pakai saya, sementara driver lain belum dapat job. Lagi juga mas bisa langsung dapat driver gojek yang paling cepat ambil request mas, mungkin aja pas waktu itu kan saya gak bisa, daripada mas nungguin saya kan.' " si driver menjelaskan dengan nada serius dan mulut manyun tanda sebal.

"Trus gimana respon si banci itu?" Tanyaku penasaran.

"Tadinya dia langsung diem dan keliatan sebel gitu deh.. trus setelah gw kasih penjelasan, ' Jadi gitu ya mas, silakan mas langsung aja request pakai aplikasinya ya mas .' Akhirnya dia ngangguk2 ngerti gitu, bayar, trus balik badan pergi deh." Ujar dia sambil menghembuskan nafas lega.

"Hahahaha... untung aja dia gak bersikukuh ya... jangan2 lo mau dijadiin pelanggan 'di malam hari', pelanggan ojeknya si siang harinya" aku tertawa sambil mengejek bercanda ke si driver.

"Gila aja!!!" Dia langsung berseru, "Ogah aja gw digituin sama bencis! Ih emang eke cowo apaan!"

"Hahahaha..." aku tertawa ngakak mendengar jawabannya.

"Tapi ya mbak, ada lagi nih, banci yang ketiga, mirip sama yang kedua ini, cuma yang ketiga ini agak gengges ya" dia mulai bercerita lagi.

"Ha? Trus gimana tuh ceritanya?" Tanyaku penasaran dengan mulut menganga dan badan condong ke depan untuk mendengarkan kelanjutan ceritanya.

***

To be continued

Episode 3

http://ririthepinktraveler.blogspot.co.id/2015/09/travel-story-gojek-tale-eps3.html


Travel Story | The Gojek Tale (eps.1)

Hari gini siapa sih yang gak tahu Gojek? Tapi gimana kalau pengalaman pertamamu naik Gojek, malah dapat Driver Gojek yang gokil dan cerita kocaknya bisa bikin kamu ketawa ngakak sampai di tujuan? Simak cerpen greget dari Si Driver Gojek Gokil dalam The Gojek Tale episode 1 sampai 5 ini. Cekidot!

***

Hari Minggu malam, 27 September 2015, aku melihat timeline di facebook-ku. Ada yang memposting tentang captured picture dari seorang Driver Gojek yang membawa penumpang greget dari Bandung ke Bali dengan total biaya antar 3 juta rupiah lebih! Wow!

Tapi andai mereka tahu, ada cerita Driver Gojek yang greget yang aku punya! Cerita ini langsung dituturkan oleh si empunya. Kurang afdol rasanya kalau cerita ini cuma aku pendam atau kuceritakan dari mulut ke mulut sementara memori lama2 memudar.

Maka dari itu, disinilah aku akan menceritakannya. Selamat menikmati dan siap2 tertawa terpingkal2.

The Gojek Tale
Kisah si Abang Gojek Gokil

Episode 1

Alkisah, di hari Rabu tanggal 23 September 2015, aku hendak pulang dari FX Senayan ke rumah di daerah Bekasi (iya, itu planet lain, udah punya visa belum kalau mau masuk kesana?). Adel, teman akrabku yang juga teman baik travelingku, bersamaku baru saja merampungkan kerjaan kami, Wonderlust Indonesia, (seee more our Tour Operator www.wonderlustindonesia.blogspot.com).

Aku yang belum punya aplikasi Gojek meminta Adel untuk memesankan untukku dengan akunnya. Tak lama, ia mendapatkan satu driver yang sudah confirm akan menjemputku. Ternyata Driver Adel datang lebih dulu, memberi masker pada Adel, dan bersedia menungguku dan Adel, karena Driver Gojekku belum datang jua.

Kemudian, datang kembali sms ke hapeku. Driver ini tidak seperti driver Adel yang langsung menelepon, ia terus2an sms aku dengan kata 'kak', sepertinya ia masih anak muda, batinku. Aku yang belum pernah pakai Gojek memakluminya saja, yang penting ia datang ke tepat tujuan. Agak lama ia sepertinya mencari sehingga kusuruh ia tengok ke gerbang masuk FX, dengan menyebutkan ciri2ku yang berbaju bunga2 pink dan menunggu bersama 2 orang lainnya, salah satunya Driver Gojek.

Akhirnya driverku pun datang. Benar saja, ia masih kelihatan muda. Ia langsung meminta maaf karena tidak bisa menelepon karena pulsanya habis. Saat aku melambaikan tangan perpisahan dan ia melihat ke arah Adel yang telah memakai masker, ia langsung meminta maaf lagi kalau ternyata maskernya juga habis. Namun sikapnya yang woles dan rendah hati membuatku menjawab dengan becanda, "Sampai 3x minta maaf, aku dapat piring cantik loh mas! Yuk ah, berangkat!"

Kami pun melesat melewati Jl. Sudirman, memutar di Semanggi, dan mengikuti jalanan di samping jalan tol dalam kota. Driver ini telah membuka perbincangan dari awal perjalanan, kerja dimana, dan basabasi lainnya. Aku yang dari awal sudah merasakan kalau driver ini gokil dan woles, akhirnya jadi asik dalam pembicaraan.

Tiba-tiba, tak ada api tak ada asap, aku yang cuma bertanya sudah berapa bulan jadi Gojek, dia menjawab 3 bulan dan mendadak nyerocos tentang pengalamannya selama jadi Gojek tanpa kuminta.

"Mbak, tahu gak, saya paling kapok bawa pelanggan siapa?" Tanyanya.

"Siapa?" Tanyaku penasaran. Tebakanku, jangan2 ibu2, karena biasanya kan ibu2 rempong gitu.

"Banci."

"Hahahaha" aku tertawa, jawabannya di luar ekspektasiku. "Kok bisa?"

"Nih yah mbak, aku tuh udah beberapa kali dapat penumpang banci, dan itu semua gak ngenakin banget!" Kata dia penuh berapi2, mulutnya manyun tanda sebal.

"Gak ngenakin gimana?" Tanyaku.

"Ini cerita penumpang pertama banci saya..." ujarnya.

"Hah, jadi ada berapa banci yang udah jadi penumpang?" Tanyaku menyeloroh.

"Ntar dulu mbakkk... aku belum terusin ceritanya," ujar si driver sambil manyun karena ceritanya dipotong.

"Oke-oke" aku menahan tawa, lucu kali ni driver, suka cerita.

"Jadi ya mbak, ni banci pesennya di aplikasi 9 km. Tau gak ternyata jaraknya berapa? 25 km!" Ujar si driver bersungut-sungut, "Gimana gak kesel kan? Pas udah 9 km dan di titik dia harusnya berhenti, dia malah kasih unjuk, masih terus mas. Pas udah agak jauh dan gw tanya, masih jauh ga mbak, mas, eh mbak? Trus si bancinya bilang dengan nada bencisnya, udah dekyet kokkk masss... trus gw tancap gas lagi. Gw tanya lagi, masih jauh gak mbak? Dia jawab, udah deket. Gw tanya lagi, masih jauh gak mbak? Dia masih jawab, udah deket. Berkali2 gw tanyakn tuh, masih jauh gak mbak? Soalnya emang udah jauh dari spot di gps yang dipesen. Trus dia bilang, gak, deket lagi kok mas. Akhirnya setelag lamaaaa bangetttt dia nunjukin jalan kesini kesitu, sampailah kita di tujuan. Dan ternyata 25 km, dan dia cuma bayar yang sesuai dipesen 9km aja! Gimana gak sebel kan?!"

Aku ketawa ngakak dong ya.... kebayang kerasnya kaya apa denger cerita gitu. Untung mobil2 pada berseliweran dan macet di sekitar, jadi suara ketawaku gak begitu kedengeran.

"Uda bayar cuma 10 ribu, eh dia ngasih feedback-nya negatif pula di aplikasi. Katanya gw banyak nanya! Hrrr" kata dia sebal.

"Hahahaha.. gimana lo gak nanya kan ya bang, lah tujuan dia aja juga gak jelas gitu kan.. kok malah elo yg jadinya disalahin?" ujarku.

"Nah itulah dia, kesel kan gw" ujarnya,"untung perusahaan ngertiun pas gw jelasin. Kalau gak, kan makin banyak feedback negatif dari pelanggan kan bakal nurunin reputasi si driver di mata perusahaan"

"Iya sih bener.." ujarku menyetujuinya.

"Tapi untungnya sebelum turun itu, gw kasih pelajaran buat dia karena udah bikin gw kesel" katanya bernada licik.

"Lo apain emang?" Tanyaku penasaran dibuatnya.

"Kan di jalanan yang dilewatin banyak polisi tidur kan ya. Pas naik pake roda depan gw gas halus. Eh pas ban belakang mau lintasin polisi tidurnya, gw langsung tancap gas pol, sampai dia kaget dan kelompat di bangkunya. Hahahaha!" Tawanya penuh kemenangan.

"Dia latah gak pas kaget gitu?" Tanyaku, "kan biasanya banci latah yang jorok2 gitu, hahaha"

"Gak kok, dia diem aja untungya. Hahahaha" ujarnya senang.

Aku pun tertawa. Gokil abisss ni orang, batinku.

"Nah, itu baru cerita pertamaku nih mbak. Ni ada lagi banci yang kedua...." katanya selalu penuh semangat.

"Omaigot.. berapa banci lagi bang???" Ujarku terpana.

***

To Be Continued

Episode 2

http://ririthepinktraveler.blogspot.co.id/2015/09/travel-story-gojek-tale-eps2.html


Healthy Recipe | Oatmeal Octopus Tom Yam | Yogyakarta, Indonesia

Various Delicious Oatmeal Recipe in Simple Steps

Berbagai Olahan Lezat Oatmeal yang Mudah Dibuat


Recipe by: @rirryhapsari




🍲🐙 Oatmeal Octopus Tom Yam 🐙🍲
 

~ Healthy, Simple, Fast-Cooking ~



As you may see on my instagram @rirryhapsari, here is the recipe of "Oatmeal Octopus Tom Yam"

Ingredients : 🐙

- Oatmeal

- Bihun (small white noodle from rice flour)

- Seafood: octopus, oyster, crabstick, seafoodballs

- Vegetables: carrot, cabbage, broccolli, flower of cabbage, tomato

- Beef Sausage

- White Tofu

- Oil (zaitun or any)

- Water


Spices : 🍅

- Onion (Red & White)

- Ginger

- Batang Sereh, grilled it (memarkan; Bahasa Indonesia, -red.)

- Chilli (Red Curly, Green, Red Small Chillis/cabe rawit merah)

- Orange Leaves

- Onion Leaves

- Celedri Leaves

- Salt, Sugar, Pepper (with comparison 1 : 1 : 1 usually for mine, or as your preference)


Cooking Steps : 🍳

- Cook Bihun in boiled water until half-cooked, take aside. Mix the oatmeal with the water used for previous cooking until soften, then mix together with half-cooked bihun, take aside. (Pict. 2, 3, 4)

- Slice all the ingredients and spices. (Pict. 1)

- Stir the sliced onion and ginger on warm oil until it smells good. Add the orange leaf and batang sereh, stir together.

- Put the first ingredients: the octopus and oyster into the pan, stir together until half-cooked. Add water, salt, sugar, and pepper.

- Put the second ingredients: tofu and vegetables (brocolli and cabbage are last) until half-cooked.

- Put the third ingredients: the brocolli, cabbage, crab stick, seafoodballs, and beef sausage until they are half-cooked.

- Last, put the tomato, onion leaves, red small chilli/cabe rawit merah, don't cook them too long. Just need little time until the tom yam is well-cooked.

- Serve Tom Yam while hot with the Oatmeal Bihun and sliced Celedri and Onion Leaves.




Happy Eating, Folks! 🙆🍲🐙

Healthy Recipe by,
🌸 @rirryhapsari 🌸


#oatmeal #tomyam #ThailandFood #healthyrecipe #healthyrecipe #healthyfood #quacker #diy #diet #weightloss #healthylife #healthylifestyle #recipeoftheday #recipe #spicyfood #nofilter #PhotoGrid #TraveRy #cookingtime #cooking